TEMPO Interaktif, Surakarta - Stadion Manahan Solo, jUMAT 17 Juni 2011 pukul 10.00 WIB. Sinar matahari begitu teriknya, padahal hari belum begitu siang. Namun hal itu tak menyurutkan langkah sejumlah orang untuk menempatkan diri di lintasan lari. Ya, mereka adalah atlet lari yang bersiap mengikuti lomba lari sejauh 400 meter.
Yang membuat takjub, mereka bukan atlet lari sembarangan. Sebagian dari mereka sudah berambut putih, dengan tangan dan kaki yang kurus dan wajah keriput. Mereka adalah atlet senior yang tergabung dalam Persatuan Atlet Master Indonesia. Mereka berada di Stadion Manahan Solo untuk mengikuti kejuaran nasional atletik master Indonesia, YANG BERLANGSUNG 16-18 Juni 2011.
Bendera start dikibarkan. Enam peserta nomor lari 400 meter putra kelompok usia 75-80 tahun sudah bersiap di lintasan masing-masing. Panitia lomba memberi aba-aba, dan begitu pistol menyalak tanda start, mereka bergegas berlari.
Tak seperti saat kita melihat pelari muda yang melesat cepat seusai start, kali ini para atlet tua berlari pelan. Tak jarang malah terlihat seperti sedang lomba jalan cepat. Peserta pun susah payah untuk mencapai garis akhir. Alhasil jarak 400 meter diselesaikan dalam waktu rata-rata 1,5 menit. Nomor lari 400 meter putra adalah satu dari 15 nomor perlombaan yang dilombakan. Untuk lari 400 meter, terbagi dalam 7 kelompok umur dengan jumlah peserta 52 orang.
Salah seorang atlet, Hussein Assegaf, 83 tahun, mengatakan kesediaannya untuk turun di kejurnas atletik master karena faktor menjaga kesehatan. “Selain karena hobi,” terang pelari asal Kota Yogyakarta ini.
Menjadi atlet lari sejak 1956, dia sudah pernah berlomba di Taiwan dan Malaysia. Termasuk menjuarai nomor lari 800 meter pada ajang Ganefo tahun 1961. Untuk menjaga fisik, Hussein rutin lari-lari kecil setiap pagi.
Atlet lainnya, Dai Muhammad, 89 tahun asal Jawa Barat, mengaku sudah menjadi atlet lari sejak 1945. “Dan sampai sekarang belum pensiun, karena saya masih berstatus atlet,” katanya. Saat masih muda, dia sering terjun di nomor 200 meter, 400 meter, dan jadi atlet tolak peluru.
Keikutsertaannya dalam kejurnas dikarenakan kecintaannya kepada olahraga. “Saya ingin memberi contoh para generasi muda agar giat berolahraga. Jangan sampai kalah sama yang tua-tua,” ujarnya yang tiap hari menghabiskan waktu satu jam untuk olahraga ringan.
Ketua penyelenggara kejurnas Tumi Sulandari mengatakan, ada 475 atlet veteran dari 10 provinsi yang terjun dalam kejurnas. Mereka akan berlomba di 15 nomor untuk putra-putri, di mana tiap nomor terdiri dari 10 kelompok umur. “Kejurnas tidak semata mengejar prestasi. Tapi juga menyalurkan hobi dan menjalin silaturahmi sesama atlet,” katanya.
UKKY PRIMARTANTYO