TEMPO Interaktif, Jakarta -- Kejuaraan tinju internasional Piala Presiden 2011 belum bisa menjadi milik Indonesia. Dua negara Asia Tenggara, Filipina dan Vietnam, justru bisa merebut supremasi tertinggi pada kejuaraan yang berlangsung untuk yang ke-21 kalinya itu. Keduanya sama-sama merebut medali dua emas pada babak final yang digelar di gedung Tennis Indoor Senayan, Jumat 8 Juli 2011.
Medali emas Filipina diraih oleh dua petinju putri Josie Gabuco (kelas terbang ringan 48 kg) dan Nesthy Petecio (kelas bantam 54 kg). Sementara itu, medali emas Vietnam dipersembahkan oleh Lulu Thio Duyen yang turun di kelas bulu putri (57 kg) dan Le Thi Hien dari kelas welter ringan putri 64 kg. Para petinju putri Indonesia justru hanya bisa puas dengan perolehan medali perunggu saja.
Enam medali perunggu Indonesia disumbangkan Selly Wanimbo pada kelas terbang 48 kilogram, Veronica Nicoias dan Nurbertha Tajum pada kelas bantam 54 kilogram, Pariama Welmy pada kelas bulu 57 kilogram, Siti Aisyah dan Fransisca Wahyu kelas welter 64 kilogram. Mereka banyak ditaklukkan oleh para petinju Vietnam dan Filipina. Misalnya Nurbertha takluk dari peraih emas asal Filipina, Nesthy Petecio. Begitu juga Selly yang takluk dari Gabuco.
Dengan perolehan medali seperti itu, Vietnam tampil sebagai juara umum dengan dua emas, satu perak, dan satu perunggu. Disusul Filipina yang meraih dua medali emas dan satu perunggu. Dan pada sektor putra, Indonesia juga tidak bisa lebih banyak berbicara setelah hanya ada dua perunggu yang diraih, yaitu dari Julio Bria pada kelas terbang 52 kilogram dan Taufan Paransa pada kelas welter 69 kilogram.
Direktur Pelatnas PP Pertina, Serta Ginting mengakui, Indonesia memang kalah bila dibandingkan dua negara tersebut. Meski demikian, Serta tetap optimistis akan hasil maksimal yang akan diraih pada SEA Games XXVI nanti. Bagi Serta, Piala Presiden memiliki level yang berbeda dibandingkan SEA Games. Pada kejuaraan ini Indonesia harus bersaing dengan 28 negara, termasuk Kazhakstan, Jepang, dan Cina. “Kalau di SEA Games, lawan tangguh hanya Filipina. Jadi, kami masih optimistis bisa dapat tiga medali di sektor putra dan dua di putri,” katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa saatnya Indonesia mencari peluang pada kelas yang tidak didominasi Filipina dan Vietnam. “Tentu saja, peluang paling besar pada kelas yang tidak ada mereka. Kami akan hitung di kelas mana saja medali emas itu dapat diraih,” ujar dia. “Pada event ini, Vinky dan Denny memang tidak berhasil meraih medali. Tapi, kami harap mereka dapat melakukan yang terbaik di SEA Games,”
Dalam kejuaraan Piala Presiden, Denny kalah dari Wu Rong Guo asal Cina pada babak perempat final. Sementara, Vinky gagal melangkah ke semifinal setelah menyerah dari petinju Filipina, Nathaniel S Montealto. “Pertarungan mereka juga ketat. Jadi, kami masih yakin mereka bisa mengatasi di SEA Games,” katanya.
PP Pertina akan menetapkan 14 petinju, delapan petinju putra dan enam petinju putri, untuk skuat SEA Games pada Agustus mendatang. Nama-nama itu diambil berdasarkan evaluasi atas penampilan 42 petinju yang tampil di Piala Presiden. Mereka akan melakukan uji coba pada Kejuaraan Asia di Incheon, Korea Selatan.
Menjelang uji coba itu, mereka akan mengikuti pemusatan latihan selama kurang lebih satu bulan di Kazhakstan. Serta berharap, uji coba selama dua bulan di dua negara tersebut cukup untuk meningkatkan teknik dan pengalaman bertanding para petinju yang akan berlaga pada SEA Games. “Di Kazakhstan, mereka akan banyak melakukan pertandingan. Kami yakin itu cukup untuk mempersiapkan SEA Games,” dia menambahkan.
EZTHER LASTANIA