TEMPO.CO, Kabul -- Sadaf Rahimi tak cuma ingin bertanding memperebutkan medali dalam cabang tinju pada Olimpiade Musim Panas di London, Inggris, Juli mendatang. Wanita yang baru berusia 17 tahun itu juga ingin bertarung untuk memperjuangkan persamaan para wanita di negaranya, Afganistan.
Sebagian besar wanita Afganistan telah lama hanya menjadi warga kelas II dengan keharusan memakai kostum penutup kepala dan tubuhnya dalam busana burqa. Sebagian lain bahkan tidak boleh ke luar rumah.
Rahimi bertekad menjadi wanita Afganistan dengan wajah yang baru, meraih penghargaan, dan menjadi inspirasi buat rekan-rekannya di kampung halaman. Ia akan merebut peluang tersebut dalam musim panas ini di London ketika tinju wanita dipertandingkan untuk pertama kali dalam Olimpiade.
"Ketika kami berpartisipasi dalam kompetisi di luar, ada tekanan kepada kami," kata Rahimi ketika berlatih di sebuah tempat kebugaran di ibu kota Afganistan, Kabul, pekan lalu. "Tapi saya akan berusaha menunjukkan bahwa perempuan Afganistan bisa masuk ke dalam ring dan memberikan prestasi buat Afganistan," ujarnya.
Sesuai dengan norma untuk wanita di Afganistan, Rahimi memakai celana panjang hitam di Olimpiade London nanti untuk menutupi lututnya. Ia berlatih selama tiga hari, masing-masing beberapa jam, dalam satu pekan. Ia mengasah pukulannya di sebuah karung besar yang padat serta berlatih tanding dengan rekannya sesama petinju perempuan dan pelatihnya.
Mereka melapisi lantai sebuah ruangan dalam stadion Afganistan itu dengan karpet. Ruangan tersebut dulu menjadi tempat buat kelompok Taliban menghukum orang-orang yang mereka anggap bersalah.
Setelah Taliban melarang wanita ikut bertanding dalam kejuaraan olahraga, Komite Olimpiade Internasional (IOC) juga menghukum Afganistan tak boleh mengikuti Olimpiade Musim Panas 2000 di Sydney. Setelah kekuasaan Taliban jatuh pada 2001, skors itu dicabut. Mereka bisa mengirim atlet wanitanya untuk pertama kali dalam sejarah di Olimpiade 2004 di Athena.
Rahimi, yang mendapat dukungan dari keluarganya di Kabul, menyusul jejak Robina Muqimyar, pelari wanita Afganistan yang bertanding di Olimpiade Athena. Atlet wanita lainnya, Mehboda Ahdyar, sebenarnya sudah siap tampil di Olimpiade Beijing empat tahun lalu, tapi kemudian gagal karena cedera.
"Saya tahu kalau pukulan dari lawan-lawanku di Olimpiade London 2012 akan sangat keras. Tapi saya sudah mempersiapkan diri dengan baik untuk bertanding dan memenangi sebuah medali," kata Rahimi, yang mulai bertinju empat tahun lalu dan merebut perak dalam suatu kompetisi tinju di Tajikistan.
Meski penentangan masih keras, menurut pelatih tim tinju wanita Afganistan, Mohammad Saber Sharifi, semakin banyak wanita di sana yang meraih kesempatan tampil dalam kompetisi olahraga. Tim ini diresmikan oleh Komite Olimpiade Afganistan pada 2007 dan sampai saat ini ada lebih dari 24 petinju wanita yang bergabung.
Rahimi bertanding di kelas 54 kilogram dan bisa tampil di Olimpiade dengan mendapat jatah khusus wild card. Ia berencana terbang ke London pada 19 Februari nanti untuk berada di sana selama beberapa pekan. Mei nanti, ia akan mengikuti kejuaraan di Cina. Tapi, menang atau kalah di sana, ia akan tetap tampil di Olimpiade London.
"Sadaf Rahimi adalah satu-satunya perempuan yang akan berpartisipasi dalam pertandingan ini," kata Sharifi. "Ia akan mewakili seluruh wanita Afganistan."
Adapun atlet pertama Afganistan yang meraih medali di Olimpiade adalah Rohullah Nikpai. Ia merebut perunggu di cabang bela diri taekwondo pada 2008.
AP | TIMES | PRASETYO