TEMPO.CO, Jakarta - Daud Yordan tiba di Jakarta pagi tadi. Petinju asal Sukadana, Kalimantan Barat ini baru menjadi juara dunia kelas ringan versi International Boxing Organization, Ahad malam lalu setelah mengalahkan petinju Argentina, Daniel Brizuela, di Perth, Australia.
"Tugas selanjutnya, beli kompeng (dot) untuk anak," katanya kepada Tempo, Senin, 8 Juli 2013. Daud, 26 tahun, menghabiskan siang ini berkeliling Mal Ambasador, Jakarta Selatan.
Dia menikah dua tahun lalu dan memiliki seorang putra, Miguel--diambil dari nama petinju favoritnya, Miguel Angel Cotto--, 7 bulan. "Juara dunia juga harus memenuhi kewajiban sebagai ayah, bro," katanya.
Petinju berjuluk Cino--mengacu pada matanya yang sipit--itu berada di Jakarta selama tiga hari untuk memenuhi berbagai undangan. Besok pagi, dia akan tampil di acara musik Dahsyat di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Daud memenuhi impiannya menjadi juara dunia di dua kelas berbeda. Bermain di kelas ringan—61 kilogram, dua tingkat di atas kelas bulu—membuat Daud lebih fit. Tapi ia mengalami luka di pelipisnya. Pukulan Brizuela membuat pelipisnya sobek sekitar 5 sentimeter dan harus mendapat lima jahitan. Ada juga luka di bagian atas kepala akibat tumburan sikut lawan.
Namun, Daud mengatakan tidak ada masalah dengan lukanya. "Luka yang itu tidak bisa dijahit, nanti juga berhenti sendiri," katanya.
Daud merupakan orang Indonesia keempat yang menjadi juara dunia setelah Ellyas Pical pada 1985, Nico Thomas (1989), Chris John (2003), dan M. Rachman (2004). Gelar juara sempat melayang dari tangan Daud setelah kalah Technical Knock Out oleh Simpiwe Vetyeka dari Afrika Selatan, April lalu.
Cino kembali ke Sukadana, Kalimantan Barat, tempat tinggal dan kota kelahirannya, Rabu mendatang. "Sudah kangen anak," katanya, tertawa.
Orang Indonesia pertama yang jadi juara dunia di dua kelas ini akan mulai berlatih pekan depan. "Badan tidak enak kalau kelamaan tidak latihan," kata Daud.
Reza Maulana