TEMPO.CO, New York- Pemain tenis lebih banyak berbicara soal servis atau pukulan voli. Tapi tidak dengan pemain Serbia Novak Djokovic dan Ana Ivanovic. Dua petenis kelahiran Serbia ini menentang serangan ke Suriah. Pengalaman keduanya menyatakan perang bukanlah penyelesaian sebuah konflik.
Djokovic, petenis nomor satu dunia, mengatakan perang adalah hal yang mengerikan. Petenis kelahiran Beograd, 22 Mei 1987, mengatakan menentang semua jenis kekerasan. "Saya sangat menentang apapun yang merusak. Karena saya punya pengalaman pribadi, dan perang tidak membawa kebaikan," kata Djokovic usai lolos dari putaran ketiga turnamen tenis Amerika Terbuka, Ahad, 1 September 2013 lalu.
Meski tak menyebut langsung soal rencana Amerika Serikat menyerang Suriah, seperti yang direncanakan Presiden Barack Obama, Djokovic mengatakan tak menginginkan perang terjadi seperti yang pernah ia alami. "Perang adalah hal paling mengerikan dalam hidup manusia. Tak ada yang menang."
Djokovic berusia 12 tahun ketika NATO melakujkan operasi 78 hari pemboman untuk mengakhiri tokoh Serbia Slobodan Milosevic yang melakukan pembersihan etnis Albania. Ia mengatakan saat itu ia tak mengerti apa yang terjadi. Yang jelas ia tidak bisa pergi sekolah dan bermain tenis. "Saya menghabiskan waktu, di lapangan tenis dengan pesawat tempur terbang di atas," kata Djokovic.
Ana Inavonic, mantan petenis nomor satu perempuan, juga menceritakan pengalaman pribadinya soal perang. Petenis cantik berusia 25 tahun itu, juga lahir lahir Beograd. "Selama satu atau dua minggu saya tak bisa berlatih karena ketakutan. Kami benar-benar tak tahu apa yang terjadi," katanya.
REUTERS | RAJU FEBRIAN
Topik Terhangat
Polwan Jelita | Lurah Lenteng | Rupiah Loyo | Konvensi Demokrat | Suap SKK Migas
Berita Terkait
Assad: Suriah Siap Hadapi Agresi Asing
Oposisi Suriah Kecewa Sikap Obama
Apa Kabar Asma Al-Assad?