TEMPO.CO, Palembang - Piala Presiden kekurangan dana. Kementerian Pemuda dan Olahraga hanya menyediakan Rp 800 juta untuk turnamen tinju amatir internasional tersebut. Padahal, Piala Presiden ke-22 yang dijadwalkan berlangsung di Palembang, 19 hingga 25 April mendatang itu diperkirakan membutuhkan biaya Rp 6,6 miliar.
Wakil Ketua Panitia Pelaksana Turnamen, Sulfa Ganie, mengatakan panitia menyiapkan sejumlah opsi agar turnamen itu tetap berlangsung sesuai jadwal. "Kami berupaya mencari dana bantuan dari berapa sponsor," katanya di Palembang, Jumat, 6 Maret 2015.
Dia mengatakan dalam Piala Presiden 2016, panitia membiayai akomodasi seluruh peserta. Turnamen diselenggarakan di Palembang Sport and Convention Center (PSCC). Turnamen dilaksanakan sesuai standar Persatuan Tinju Amatir Internasional (AIBA) yang merupakan induk organisasi tinju amatir internasional.
"Konsekuensinya pendaftaran peserta ditutup lebih cepat dari yang direncanakan," ujar Sulfa. Seharusnya pendaftaran peserta berlangsung hingga pekan pertama April mendatang, namun akibat minimnya dana, pendaftaran ditutup 1 April nanti.
Panitia juga membatasi jumlah negara peserta hingga maksimal 25 negara. Padahal undangan sudah disebar ke 30 negara. Di antara negara peserta yang menyatakan ikut adalah Australia, Filipina, Hong Kong, India, Malaysia, Mesir, Myanmar, Srilanka, Thailand, Nepal, dan Jepang. Indonesia akan menyertakan 3 tim dengan total 36 petinju, termasuk dua petinju andalannya pada SEA Games mendatang, Kornelius Kwangu dan Julio Bria.
Piala Presiden pertama kali digelar pada 1976 di Istora Senayan, Jakarta. Saat itu, jagoan tuan rumah, Syamsul Anwar Harahap, tampil sebagai petinju terbaik setelah mengalahkan Thomas Hearns di final kelas welter ringan. Hearns asal Amerika Serikat kemudian menjelma menjadi petinju legendaris yang menyabet lima gelar juara dunia tinju profesional di lima kelas berbeda pada era 1980-an. Piala Presiden, yang dirancang sebagai kompetisi tahunan, terakhir digelar pada empat tahun lalu, di Jakarta.
PARLIZA HENDRAWAN