TEMPO.CO, Las Vegas - Untuk menghadapi petinju sekelas Floyd Mayweather Junior, tentu saja, perlu strategi yang benar-benar matang. Itu yang dipikirkan kubu Manny Pacquiao yang akan menghadapinya di pertarungan yang disebut-sebut Fight of the Century, 2 Mei mendatang di Las Vegas.
Selain mengasah kepalan Pacquiao, pelatih Freddie Roach memiliki strategi khusus. Pertama, darah. Menurut pelatih yang berulang kali terpilih jadi pelatih terbaik versi jurnalis tinju Amerika Serikat itu, mental Mayweather langsung drop saat berdarah. "Dia sangat terganggu oleh darah," ujarnya seperti ditulis New York Magazine.
Sebagai petinju dengan pertahanan terbaik, Mayweather, 38 tahun, sangat jarang berdarah. Namun, bukan berarti dia kebal. Semua petinju berpotensi sobek dan mimisan, baik karena pukulan maupun benturan kepala.
Miguel Cotto membuat hidungnya mengucurkan darah saat bertarung pada 5 Mei 2012. Pelipisnya pernah sobek saat melayani Zab Judah pada 8 April 2006. kata Roach. "Saya tidak tahu apakah Manny mau sengaja membuat sobekan, tapi insiden bisa saja terjadi." Di tinju, ada teknik menyobek kulit lawan diantaranya dengan menggesek pinggiran sarung tinju ke wajahnya.
Strategi kedua adalah pendekatan Alkitab. Belakangan, Pacquiao, yang beralih ke Kristen Injili, sering menceramahi rekan-rekannya di sasana dengan ayat-ayat Alkitab, yang kebanyakan tentang welas asih dan menentang kekerasan. Padahal, menurut Roach, Pacquiao butuh mengembalikan "insting pembunuh"-nya untuk bisa menang. Roach, 55 tahun, pernah berupaya mencari intelektual Kristen untuk membantunya berbicara soal agresivitas dan kekerasan di Alkitab. "Tapi Manny menolaknya," katanya.
Di luar faktor non-teknis tersebut, Roach juga menemukan lubang di pertahanan Mayweather, yang belum terkalahkan di 47 pertandingan. Menurut dia, juara kelas welter versi WBC itu sudah tidak lagi berkelit ke kiri dan ke kanan di ronde-ronde akhir. "Mungkin karena umurnya," katanya. Untuk bertahan, Mayweather lebih banyak meluncurkan pukulan balasan. "Saat itu pertahanannya terbuka."
NY MAGAZINE | REZA MAULANA