TEMPO.CO, Mumbai - Pelari cepat putri India, Dutee Chand, merasa menemukan kembali hidupnya setelah diperbolehkan kembali berlomba setelah putusan Court Arbitration for Sport's (CAS) atau Pengadilan Arbritasi Olahraga terhadap pedoman tes terkait kadar hormon testosteron atlet.
Pengadilan yang berbasis di Lausanne, Swiss itu, menangguhkan dua tahun aturan Federasi Asosiasi Atletik Internasional (IAAF) berkenaan dengan hyperandrogenism, yakni satu keadaan yang membuat seseorang memproduksi hormon testosteron dalam tingkat tinggi.
Putusan CAS itu dengan jelas membolehkan Chand, 19 tahun, berkompetisi lagi di tingkat nasional dan internasional setelah setahun ia dilarang berlomba karena keadaan fisiknya itu.
"Saat saya dengar bahwa CAS membolehkan saya berlomba kembali dalam lomba internasional, saya seperti mendapatkan hidup saya kembali,” tutur juara nasional kelompok umur di bawah 18 tahun India pada nomor lari 100 meter putri ini kepada suratkabar Indian Express.
Dia menambahkan, "Setahun saya menghadapi masa depan yang tidak jelas. Semua orang tahu lari merupakan olahraga paling saya sukai. Sampai putusan itu diucapkan saya tidak tahu masa depan saya. Jadi, ini hari paling membahagiakan dalam hidup saya,” jelasnya.
Chand, putri pasangan penenun dari negara bagian Orissa, India timur, dicoret dari kontingen India pada pesta olahraga negara-negara persemakmuran Commonwealth Games 2014 di Glasgow, Skotlandia, dan Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, setelah kadar testosteronnya secara alami ditemukan melanggar pedoman IAAF.
Ia disarankan untuk operasi dan mendapat pengobatan, namun kemudian Chand memutuskan untuk menggugat aturan itu melalui CAS. Pengadilan itu meminta IAAF menghadirkan seorang ahli untuk memaparkan bukti ilmiah bahwa tingkat testosteron dalam kasus atlet dengan hyperandrogenic penampilannya akan lebih baik ketimbang yang tidak.
"Ketiadaan bukti yang meyakinkan membuat Panel CAS mengambil kesimpulan bahwa atlet putri hyperandrogenic mendapat keuntungan yang benar-benar signifikan dalam pertandingan kategori putri,” demikian dinyatakan CAS. “Kalau dalam dua tahun IAAF tidak dapat memberikan bukti ilmiah yang meyakinkan kepada Panel CAS, aturan soal Hyperandrogenism itu harus dibatalkan.”
Chand menyatakan latihannya beberapa kali terganggu oleh situasi itu, namun ia tetap menargetkan lolos kualifikasi Olimpiade 2016 di Rio De Janeiro, Brasil.
IAAF membela aturannya dengan mengatakan bahwa mereka didukung Komite Olimpiade Internasional (IOC) setelah lama berkonsultasi dengan para ahli dalam kaitan dengan hal itu. IAAF tidak akan berkomentar hingga perdebatan soal itu disimpulkan.
REUTERS | AGUS BAHARUDIN