2 Kali Kalah di Puncak ATP Finals, Dominic Thiem Target Gelar Tahun Depan
Reporter
Antara
Editor
Arkhelaus Wisnu Triyogo
Senin, 23 November 2020 15:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mengakhiri tahun 2020 sebagai runner-up ATP Finals, dua kali berturut-turut dalam dua tahun terakhir, tak menyurutkan semangat Dominic Thiem untuk merebut gelar turnamen elit eakhir musim yang hanya diikuti delapan petenis tunggal/ganda putra terbaik itu. Petenis Austria itu bertekad untuk terus mengejar piala ATP Finals setelah kalah dalam tiga set melawan Daniil Medvedev, Ahad, 22 November 2020.
Pada 2019, Thiem juga dikalahkan Stefanos Tsitsipas pada musim 2019. "Sejujurnya, saya akan melakukan hal yang sama lagi, bermain lebih banyak. Cara dia mematahkan servis saya di set ketiga adalah permainan yang tidak bisa kupercaya. Dia memberikan keuntungan besar. Saya memiliki kesempatan untuk mengubah permainan itu. Dia memainkan beberapa reli," kata Thiem, dikutip dari ATP Tour.
Baca juga : Hasil Tenis ATP Finals: Kalahkan Dominic Thiem, Daniil Medvedev Juara
Petenis peringkat tiga dunia versi ATP itu sempat memimpin Medvedev dengan satu set dan menahan peluang break dalam dua servis game lawannya di set kedua. Tapi seperti yang dilakukan Stefanos Tsitsipas kepada Dominic Thiem di final tahun lalu, Medvedev berjuang kembali dan meraih kemenangan 4-6, 7-6 (2), 6-4 di O2 Arena, London.
Dengan melihat secara teknis dari kekalahannya, Thiem tak punya banyak perubahan dalam permainannya untuk menghadapi petenis Rusia Medvedev dalam perjumpaannya di kesempatan selanjutnya. Meski ia harus kalah, Thiem senang bisa mengeluarkan permainan terbaiknya.
"Mungkin jika Anda melihat keseluruhan turnamen, dia adalah pemain terbaik. Dia tidak kehilangan satu set pun di babak penyisihan grup. Ia mengalahkan petenis peringkat dua di semifinal, peringkat tiga di final, jadi dia pasti pantas mendapatkan gelar itu," kata Thiem.
Kekalahan tersebut pasti akan membekas setelah ia sempat memimpin di set pertama di babak final, dan harus bertarung melewati dua kelas berat Novak Djokovic dan Rafael Nadal. Namun kegagalannya paling tidak terbayarkan dengan sukses menjuarai Grand Slam pertamanya di US Open awal September lalu.
"Ada banyak sekali pengalaman baru, termasuk bermain dalam gelembung di tengah pandemi. Saya pikir ini masih merupakan tahun yang berat bagi banyak orang. Kami atlet, dan saya berbicara tentang petenis, kami sangat beruntung bisa melakukan pekerjaan kami," tuturnya.
"Jika saya berbicara tentang tenis, jika saya berbicara tentang pekerjaan saya, maka ini adalah tahun yang luar biasa. Saya telah mencapai salah satu tujuan besar seumur hidup saya dengan memenangi Grand Slam itu. Jadi meskipun ini tahun yang sulit, tahun ini akan selalu mendapat tempat istimewa di hati saya, 100 persen."