Kesalahan Dewa Kipas Saat Kalah Main Catur Lawan Irene Sukandar versi Percasi
Reporter
Irsyan Hasyim (Kontributor)
Editor
Arkhelaus Wisnu Triyogo
Rabu, 24 Maret 2021 06:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Pembinaan dan Peningkatan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kristianus Liem mengungkapkan sejumlah kesalahan yang dilakukan Dadang Subur alias Dewa Kipas dalam duel melawan Irene Sukandar. Kesalahan itu membuat Dewa Kipas berada di level yang berbeda dengan Woman Grand Master tersebut.
Bagi Liem, kesalahan itu juga yang membuat Dewa Kipas memainkan level yang berbeda ketika mengalahkan Levy Rozman alias GothamChess di Chess.com. Bermain tiga babak melawan Irene Sukandar, Dadang Subur seolah tidak mengerti filosofi catur.
"Secara keseluruhan bisa dilihat bahwa yang paling menonjol di partai pertama bahwa Dewa Kipas tidak memahami filosofi bermain catur. Dia main sekadar melangkahkan buah catur," kata Liem saat dihubungi Tempo, Selasa, 23 Maret 2021.
Liem melihat Dewa Kipas menggunakan strategi bertahan Caro-Kann, yang merupakan perbaikan dari pertahanan catur model Prancis. Namun, Dewa Kipas tidak menjalankan bidak catur layaknya pecatur yang memainkan pola pertahanan Caro-Kann pada langkah-langkah lanjutannya. "Beda sama Irene yang memahami setiap langkah yang dibuatnya. Ada maksud, ide dan filosofi di balik langkah yang dimainkan Irene," katanya.
Baca juga : Beda Dewa Kipas Saat Duel Catur Lawan Irene Sukandar dan GothamChess
"Contoh, di partai pertama Irene membuka dengan bidang E4, filosofinya itu golongan terbuka dalam catur. Setelah itu, permainan berkembang secara terbuka dan sangat memanfaatkan tempo sehingga langkah bukan sekadar langkah. Sebab, akan kesulitan sendiri kalau langkah itu tidak efisien ke petak strategis menyerang. Itu yang tidak dilakukan Dewa Kipas."
Liem berpandangan bahwa Dewa Kipas berbeda dengan Irene Sukandar yang sudah menguasai medan pertempuran dengan membuat langkah-langkah yang terukur. Maka wajar saja apabila di babak pertama permainan selesai hanya dalam 24 langkah. "Dalam permainan catur, selesai di 24 langkah disebut partai mini atau short game yang artinya permainan tidak sampai ke akhir atau selesai," ujar dia.
Bagi Liem, tiga babak pertandingan antara Dewa Kipas dan Irene Sukandar berakhir di awal middle game atau baru masuk tengah permainan. Sementara dalam permainan catur, terdapat tiga tahapan pertandingan, yakni pembuka, tengah dan akhir. "Irene selalu terlihat fokus di sepanjang permainan karena dia merancang serangan, strategi, membangun perencanaan itu butuh pemikiran panjang," tuturnya.
"Dia pilih main terbuka buat cari poin di dua partai pertama. Di partai ketiga, Irene buka D4, Gajah F4 dan E3 yang dikenal dengan London System, karena kalau putih tugasnya cari menang. Modalnya solid, yang penting tidak kalah. Irene enggak mau ambil risiko makanya pasang posisi kokoh. Orang awam tidak lihat itu, tapi Irene menunjukkan itu dengan bijak."
Tentang cara bermain Dewa Kipas, Kristianus Liem melanjutkan, "Kesalahan-kesalahan Pak Dadang ini sifatnya elementer. Pertama, dia kehilangan gajah di D6, kesalahan satu langkah. Jadi bukan pecatur kuat yang bisa meleng begitu. Asal jalan tanpa strategi, tidak ada ide dan filosofi bermainnya."