Masomah Ali Zada, Atlet Pengungsi Afghanistan, Ingin Jadi Mercusuar di Olimpiade
Reporter
Antara
Editor
Nurdin Saleh
Rabu, 14 Juli 2021 21:57 WIB
Dipukuli orang
Berasal dari komunitas minoritas Hazara, Ali Zada mulai bersepeda saat berada di pengasingan di Iran. Setelah keluarganya kembali ke Kabul, dia bergabung dengan tim nasional pada usia 16 tahun.
Dia tak tahu bahwa bersepeda di Afghanistan itu bakal memicu serangan fisik, dilempari batu, keluarga ditekan dan pelecehan verbal.
"Saya tahu bakal sulit, tapi saya tidak menyangka ada orang yang memukuli kami," kata dia seperti dikutip AFP.
"Tahun pertama ketika saya mulai bersepeda, ada orang yang memukul saya. Dia berada dalam mobil. Dia memukul saya dari belakang."
"Hampir semua perempuan yang bersepeda di Afghanistan mengalami hal yang sama. Orang-orang menghina kami," ujar Ali Zada.
Atlet putra yang berpakaian olahraga juga menghadapi masalah di Afghanistan, tapi perlakuan terhadap atlet putri sungguh mengerikan.
Rekan-rekan satu timnya yang lelaki membentuk formasi melingkari Ali Zada untuk menyembunyikan dia di dalam kelompok bersepeda.
Karena dia terus memenangkan lomba, namanya semakin dikenal, dan tekanan untuk berhenti semakin besar, bahkan dari kerabatnya sendiri.
Pamanya meminta orang tuanya agar menghentikan aktivitas Ali Zada.
Akhirnya, tekanan menjadi kian besar sampai pada 2017 keluarganya memutuskan meminta suaka di Prancis.
"Sakit sekali dipaksa meninggalkan negara Anda sendiri. Tapi tidak ada pilihan lain. Saya kira setiap pengungsi akan mengerti," kata dia.
Ali Zada dua tahun kuliah hingga akhirnya menggondol gelar sarjana teknik sipil di Lille dan menjalani kuliah sambil bersepeda.
Pengalaman telah membuat atlet berpembawaan tenang, religius dan bertutur kata lembut itu semakin besar rasa percaya dirinya.
"Saya orang yang belum pernah menemukan tempatnya dan selalu mencari yang terbaik. Tapi berkat itu saya berusaha keras," kata Masomah Ali Zada.