Perolehan Medali PON Papua Terkini: Panjat Tebing, Senam, Atletik, Angkat Besi
Reporter
Antara
Editor
Arkhelaus Wisnu Triyogo
Kamis, 7 Oktober 2021 18:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kontingen Jawa Tengah memboyong dua medali emas sekaligus dalam kejuaraan panjat tebing Pekan Olahraga Nasional XX Papua (PON Papua). Medali didapat dari nomor pertandingan speed relay putra dan putri di Arena Panjat Tebing SP2 Mimika pada Kamis, 7 Oktober 2021.
Ketua Umum Pengurus Provinsi Federasi Panjat Tebing Indonesia Jawa Tengah Abdul Hamid mengatakan pencapaian medali emas itu adalah penantian yang panjang. "Di PON ini, menurut kami, merupakan penantian yang panjang. Dimulai dari tanggal 27 (September), kami belum mendapatkan (medali) emas satu pun, baru satu perak dan tiga perunggu," ujar Hamid di Mimika.
Kedua medali emas itu diperoleh usai kemenangan Jawa Tengah pada partai final melawan Jawa Timur untuk nomor speed relay putra dan kemenangan atas Nusa Tenggara Barat untuk nomor speed relay putri. Untuk nomor speed relay putra, Jawa Tengah menurunkan tiga atlet, di antaranya Kiromal Katibin, Alfian Muhammad Fajri dan Aditya Tri Syahria. Kiromal dan kawan-kawan berhasil mengalahkan regu Jawa Timur yang diperkuat Rahmad Adi Mulyono, Rindi Sufriyanto dan Fatchur Roji.
Dalam nomor speed relay, masing-masing anggota regu akan saling beradu cepat memencet tombol penghentian pengatur waktu (timer) di puncak tebing yang berada pada jalur masing-masing secara bergantian. Pertandingan berakhir lebih cepat karena di awal pertandingan beregu tersebut Rahmad Adi dari Jawa Timur terjatuh saat start melawan Alfian Muhammad Fajri yang turun pertama untuk mewakili regu Jawa Tengah.
Alhasil pemanjat setelah Alfian, Aditya dan Kiromal Katibin hanya tinggal menjaga momentum agar tidak terjatuh untuk bisa menyelesaikan pertandingan. Regu panjat tebing putra Jawa Tengah pun dinobatkan sebagai pemenang dengan catatan waktu di final 17,366 detik.
Sementara di nomor speed relay putri, Jawa Tengah menurunkan tiga atlet, yakni Aries Susanti Rahayu, Agustina Sari, dan Berthdigna Devi Surya Kusuma. Aries dan kawan-kawan mengalahkan regu Nusa Tenggara Barat yang diperkuat Nurul Iqamah, Anggun Yolanda dan Ade Irma Suryani.
Anggun yang memanjat pertama dari NTB hampir terjatuh karena kaki tergelincir, sehingga ketinggalan dari lawannya Aries yang mampu melesat cepat sejak start sampai ke puncak panjatan dengan catatan waktu 7,355 detik. Aries unggul 3,5 detik dari Anggun yang mencatatkan waktu 10,913 detik.
Hasil itu menjadi keuntungan bagi penampil Jawa Tengah berikutnya Berthdigna dan Agustina Sari, sehingga mereka mampu memenangkan pertandingan dengan catatan waktu 25,244 berbanding 34,543 detik.
Menanggapi hasil tersebut, FPTI Jateng mengaku bangga kepada atlet-atletnya yang mampu tampil maksimal pada hari kesepuluh pertandingan panjat tebing. "Semua ini menjadi suatu kebanggaan dari penantian selama sepuluh hari bertanding. Baru istilahnya 'pecah telur' dua di sini," ujar Hamid.
Berikutnya Odekta Elvina meraih medali emas di cabang lari 10km...
<!--more-->
Pelari DKI Jakarta Odekta Elvina Naibaho meraup medali emas kedua dari nomor 10.000 meter putri cabang olahraga atletik PON Papua. Sebelumnya, pelari nasional itu tidak terkejar saat mengamankan medali emas nomor 5.000 meter putri dua hari lalu.
Bertanding di GOR Mimika Sport Complex, Mimika, Papua, Odekta mencapai garis finis dengan catatan waktu 36 menit 07,70 detik, disusul pelari Kalimantan Timur Irma Handayani yang mengemas medali perak dengan catatan waktu 37 menit dan 46 detik. Pelari senior DKI Jakarta Triyaningsih harus puas dengan medali perunggu usai finis peringkat ketiga dengan waktu 38 menit dan 19,51 detik.
Lomba yang berlangsung di bawah terik matahari sore itu berlangsung seru. Odekta tampil prima sejak awal lomba. Pada 2.000 meter pertama, Odekta berinisiatif mengisi posisi terdepan ditemani Triyaningsih.
Namun, memasuki 5.000 meter, pelari 29 tahun itu menjauh meningalkan Triyaningsih pada posisi kedua. Adapun Irma, yang sejak awal konsisten pada urutan tiga, perlahan membayangi Triyaningsih. Salip menyalip antara Irma dan Triyaningsih berlangsung seru dalam 3.000 meter terakhir.
Memasuki 2.000 meter terakhir, pemegang rekor PON nomor 10.000 putri tersebut mulai tercecer pada peringkat ketiga, sementara Irma terus mempercepat laju guna mengamankan posisi dua. Setelah melakukan overlap pada putaran pamungkas, Odekta tak terbendung menjadi pelari pertama yang mencapai garis akhir. Meski meraih emas, Odekta gagal memecahkan rekor PON pada nomor 10.000 meter putri yang masih dipegang Triyaningsih dengan waktu 34 menit dan 21,61 detik.
Ditemui usai pertandingan, Odekta mengaku sangat puas atas medali keduanya ini karena dia tidak menargetkan medali emas 10.000 meter putri. "Jauh sangat puas karena sebenarnya target saya di 10 kilometer itu yang penting menang saja, medali saja," kata Odekta.
Selain itu, catatan waktu yang dia raih hari ini juga berhasil memecahkan catatan terbaik dirinya atau personal base-nya. "Waktunya tadi memecahkan personal base saya. Tadi 36 menit 07 detik, itu lebih bagus dari Sea Games (2019) saya 36 menit 42 detik. Artinya saya sangat puas," kata peraih perunggu Sea Games 2019 itu.
Odekta pun tak henti bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada keluarga, tim pelatih, serta masyarakat yang telah mendukungnya hingga berhasil meraih prestasi pada PON Papua.
Berikutnya wakil DKI Jakarta mengamankan emas senam ritmik...
<!--more-->
Pesenam ritmik Nabila Evandestira asal DKI Jakarta mengamankan emas dalam nomor serba bisa perorangan di PON Papua yang digelar di Istora Papua Bangkit, Kabupaten Jayapura. Nabila meraih total poin dari empat alat yang digunakannya senilai 66.000 poin.
Dengan nilai tertinggi berasal dari alat simpai sebesar 18.000 poin, dilanjutkan dengan bola senilai 17.600 poin, lalu gada dengan 17.100 poin, dan pita senilai 14.300 poin. Pada posisi kedua mengamankan perak, atlet asal Lampung Sutjiati K Narendra meraih perolehan total poin sebesar 65.650 poin.
Pesenam debutan di PON Papua itu memiliki selisih 350 poin dengan Nabila yang menguasai dominasi raihan emas pada PON XIX Jawa Barat. Sutjiati memiliki nilai paling tinggi dari alat simpai senilai 18.550 dan nilai terendah didapatkannya dari alat gada dengan nilai 13.750.
Sementara di posisi ketiga, ada atlet yang juga asal Lampung Tri Wahyuni yang mendapatkan perunggu dengan peroleh total nilai 64.150. Tri Wahyuni mendapatkan poin paling besar dari alat simpai bernilai 17.250 poin. Sementara nilai terendahnya didapatkan dari alat gada sebesar 15.300 poin.
Selain mengamankan medali di final serba bisa perorangan, ketiganya dipastikan melaju ke babak final untuk nomor- nomor individu yang hasilnya akan diketahui pada Jumat, 8 Oktober 2021. Dari 15 peserta yang hari ini bertanding di babak kualifikasi untuk nomor- nomor alat individu dan memperebutkan kemenangan di nomor serba bisa perorangan, hanya akan ada 8 peserta yang terpilih untuk kembali bertanding di babak final senam ritmik.
Meski medali sudah diamankan namun pemberian medali untuk para pemenang senam ritmik nomor serba bisa perorangan akan dilakukan pada Jumat besok bersamaan dengan para pemenang di nomor individu.
Berikutnya Nelly penuhi target angkat besi...
<!--more-->
Lifter putri Provinsi Kalimantan Timur, Nelly, berhasil memenuhi satu medali emas yang ditargetkan oleh Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) Provinsi Kalimantan Timur pada ajang PON Papua. Ia unggul setelah lifter andalan Kaltim Triyatno dan Muhammad Fathir gagal bersaing.
Pada perlombaan yang berlangsung di Auditorium Universitas Cenderawasih, Kabupaten Jayapura, Nelly meraih peringkat pertama kelas 59kg putri dengan angkatan snacth terbaik 86kg dan clean and jerk 109 kg, dan angkatan total 195 kg.
"Kami bersyukur Nelly bisa menyumbangkan medali emas, sebenarnya target emas kami di hari sebelumnya oleh Triyatno pada kelas 67 kg dan Muhammad Fathir pada 61 kg, namun hasilnya hanya satu medali satu perak yang disumbangkan Triyatno," kata Ketua PABSI Kaltim Agil Suwarna di Abepura, Papua.
Pada kelas 59kg putri medali perak diraih Sarah dari Jawa Barat dengan angkatan terbaik snacth 88kg dan clean and jerk 105 dan angkatan total 193kg. Sedangkan medali perunggu oleh Aulia A Putri dari Kalimantan Barat dengan angkatan snacth 84kg, clean and jerk 103kg dan total angkatan 187kg.
Keberhasilan Nelly meraih medali emas diakui Agil sebagai penyelamat target PABSI Kalimantan Timur. Musababnya, Triyatno dan M Fathir yang merupakan atlet pelatnas dan digadangkan meraih emas justru kalah dengan para pesaingnya.
"Triyatno berada satu kelas dengan Lifter Jatim Eko Yuli Irawan yang ternyata naik kelas pada penampilan di PON kali ini, dia hanya berada di urutan kedua dan meraih perak, sedangkan M Fathir malah tidak masuk zona medali," ujar Agil.
Kekalahan serupa dialami Lifter Kaltim Edi Kurniawan di kelas 73kg putra, yang hanya fiinis di urutan kedua. "Untuk sementara tim Kaltim meraih satu emas, dan dua perak, kami berharap medali ini bisa memotivasi lifter kaltim lainnya," kata Agil.
Menurut Agil, tim angkat besi Kalimantan Timur masih menyisakan dua pertandingan di kelas atas pada Jumat, 7 Oktober 2021, yakni kelas 109kg oleh Erwin Darianto dan kelas 109 plus oleh Sopan Risantika. Dari penampilan keduanya, Agil berharap adanya kejutan dan bisa menembus zona medali.