Rafael Nadal Anggap Larangan Atlet Rusia Tampil di Wimbledon Tidak Adil

Selasa, 3 Mei 2022 07:07 WIB

Petenis asal Spanyol, Rafael Nadal meluapkan kegembiraannya setelah mengalahkan petenis asal Rusia, Daniil Medvedev dalam Final Australia Terbuka di Melbourne Park, Melbourne, Australia, 30 Januari 2022. REUTERS/Loren Elliott

TEMPO.CO, Jakarta - Juara Australian Open Rafael Nadal menilai larangan terhadap petenis Rusia dan Belarus untuk berkompetisi di Wimbledon tahun ini tidak adil. Larangan itu terbit menyusul keputusan Presiden Vladimir Putin melancarkan operasi militer ke Ukraina.

All England Lawn Tennis Club (AELTC) melarang pemain dari kedua negara berkompetisi di lapangan rumput turnamen major tersebut tahun ini. AELTC menilai keputusan itu sebagai tanggapan atas invasi Rusia.

"Saya pikir ini sangat tidak adil bagi teman-teman kolega saya asal Rusia. Dalam hal itu bukan salah mereka perang yang terjadi saat ini," kata pemegang 21 gelar major Nadal di Madrid Open, dikutip dari Reuters, Senin.

"Mari kita lihat apa yang terjadi dalam beberapa pekan ke depan, jika para pemain akan mengambil semacam keputusan. Ketika pemerintah memberlakukan beberapa pembatasan, Anda hanya bisa mengikuti mereka," ujar petenis asal Spanyol tersebut.

Ketua AELTC Ian Hewitt mengatakan kebijakan pemerintah Inggris tidak mengizinkan pemain untuk berkompetisi dalam acara tersebut berdasarkan peringkat mereka. Ada dua opsi yang tersedia yaitu menolak entri atau mengizinkan entri dengan syarat menyerahkan pernyataan tertulis dari masing-masing pemain.

Advertising
Advertising

Mantan petenis nomor satu dunia Inggris Andy Murray mengatakan tidak ada jawaban yang tepat mengenai masalah tersebut. "Saya tidak yakin seberapa nyaman perasaan saya jika sesuatu terjadi pada salah satu pemain atau keluarga mereka (sebagai akibat dari penandatanganan pernyataan)," kata Murray.

"Saya rasa tidak ada jawaban yang tepat. Saya telah berbicara dengan beberapa pemain Rusia dan beberapa pemain Ukraina. Saya merasa sangat sedih kepada para petenis yang tidak diizinkan bermain. Saya mengerti bahwa itu akan tampak tidak adil bagi mereka. Tetapi saya juga mengenal beberapa orang yang bekerja di Wimbledon, dan saya tahu betapa sulitnya posisi mereka."

Keputusan AELTC tersebut mendapat kritikan dari organisasi tur tenis putra dan putri, ATP dan WTA, serta sejumlah pemain. Petenis nomor satu dunia Novak Djokovic, yang juga mengkritik larangan itu, telah berbicara dengan para pemain Rusia selama Serbia Open pekan lalu. Menurut dia, sulit bagi para atlet untuk keluar dari turnamen.

"Sulit. Saya mengerti bahwa ada rasa frustrasi. ATP, saya kira, akan menganalisis seluruh situasi dan memahami apa yang bisa dilakukan," kata petenis Serbia itu.

"Saya tetap pada posisi saya bahwa saya tidak mendukung keputusan itu. Saya pikir itu tidak adil, itu tidak benar. Sekarang saya kira keputusan ada di dewan pemain, manajemen tur, untuk benar-benar memutuskan bersama para pemain apa yang akan terjadi untuk solusi terbaik dalam situasi ini," ujar Novak Djokovic.

Berita terkait

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

15 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

21 jam lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

21 jam lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

1 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

1 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

3 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

3 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

4 hari lalu

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

Rusia merebut lima desa dari Ukraina di wilayah Kharkiv. Rusia melakukan serangan besar-besaran di akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

5 hari lalu

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

Rusia tidak diundang ke pertemuan tanggal 15-16 Juni 2024 dalam KTT Perdamaian Ukraina di Lucerne, Swiss.

Baca Selengkapnya