Medali emas disabet pelari tuan rumah Lao Yi finis terdepan dengan catatan waktu 10,24 detik. Lao mampu mencapai garis finis dengan selisih sangat tipis dengan Yasir Baalghayith A Alnashri asal Arab Saudi yang akhirnya harus meraih perak. Alnashri membukukan catatan waktu 10.26 detik. Pelari Oman, Barakat Al Harthi, yang sempat memimpin di awal lomba justru akhirnya finis ke tiga dengan catatan waktu 10.28 detik.
Secara keseluruhan para pelari yang berlaga di final itu memang memiliki perbedaan waktu yang berselisih sangat tipis. Suryo Agung, bersaing dengan pelari Arab Saudi Yahya Hassan I Habeeb yang membukukan catatan waktu akhir 10.35 detik serta Zheng Dongseng asal Cina dengan catatan waktu 10.38 detik.
Dengan hasil seperti itu, Suryo tak bisa mengulangi penampilan luar biasa yang ditunjukkannya saat berlaga di SEA Games Laos 2009 lalu. Kala itu, sang manusia tercepat Asia Tenggara itu langsung semakin tak tertandingi, bahkan bisa membuktikan dirinya sebagai yang terbaik di Indonesia setelah membukukan catatan waktu 10,17 detik. Dia membungkus rekor milik Mardi Lestari 10,20 detik.
Jika dibandingkan dengan persiapan tahun lalu, sebenarnya Suryo Agung mendapatkan kesempatan yang cukup banyak mendulang modal melalui persiapan selama kurang lebih satu bulan di Jerman. Dalam melakoni persiapan menjelang SEA Games, Suryo Agung justru mengaku persiapan yang dimilikinya sangat kurang. Meski begitu dia justru tampil mengagumkan. Sayang, penampilan semacam itu tidak bisa diulanginya lagi tahun ini.
Sprinter muda Franklin Ramses Burumi yang juga tampil di nomor ini juga belum bisa memperbaiki catatan waktu terbaiknya. Tampil pada semifinal grup pertama, Franklin hanya bisa finis di urutan enam dengan catatan waktu 10,55 detik. Ini masih berselisih tipis di bawah catatan waktu terbaik Franklin 10,51 detik. EZTHER LASTANIA