Pebulutangkis Hanna Ramadini menyeka keringat saat bertanding melawan Gregoria Mariska Tanjung pada babak semifinal Pertamina Kejurnas PBSI 2015 kategori taruna putri di Tenis Indoor Senayan, Jakarta, 11 Desember 2015. Hanna berhasil melaju ke final. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Atlet bulu tangkis tunggal putri Hanna Ramadini tetap menjalankan ibadah puasa di tengah-tengah jadwal latihan yang padat. Penghuni Pelatnas PP PBSI ini punya kiat dalam menjaga kondisi tubuhnya.
“Yang paling utama adalah niat. Setelah latihan pagi, saya enggak ngapa-ngapain kecuali mandi dan salat. Setelah itu saya langsung tidur, jadi saat latihan sore masih kuat,” ujar Hanna sebagaimana dilansir Badmintonindonesia.org, Senin, 20 Juni 2016
“Kalau sahur, saya bangun pukul 04.00 WIB, salat subuh dan langsung tidur lagi karena saya harus latihan pagi-pagi sekali. Saya biasanya makan lima buah kurma saat sahur dan lima lagi saat buka puasa. Selain itu, saya juga minum sari kurma serta suplemen yang sudah disiapkan dr. Laila (Laila Hamid, ahli gizi PBSI) yang berisi vitamin dan isotonik,” kata Hanna.
Para pelatih di Pelatnas PBSI mengizinkan anak-anak didiknya untuk berpuasa selagi mereka mampu. Namun, tidak ada perlakuan khusus bagi mereka yang tengah berpuasa. Sebab, beberapa atlet sedang memasuki program persiapan menuju turnamen seperti Olimpiade Rio de Janeiro pada Agustus mendatang. Untuk Hanna, ia tengah mempersiapkan diri menghadapi turnamen Chinese Taipei Open Grand Prix Gold 2016, akhir Juni ini.
“Kata Mas Bambang (Bambang Supriyanto, kepala pelatih tunggal putri PP PBSI), boleh saja puasa asalkan kami kuat. Saya juga lihat-lihat kondisi dan intensitas program latihan. Kalau sudah tidak kuat, terpaksa saya membatalkan puasa. Saya pernah batal karena waktu itu kepala saya pusing, badan lemas dan panas. Selama puasa, berat badan saya turun 3 kilogram,” ujar Hanna.
