TEMPO.CO, Jakarta - Rencana unifikasi pertarungan tinju dunia kelas berat versi WBC, WBA, IBF, dan IBO antara Deontay Wilder dan Anthony Joshua tahun depan dipastikan berlangsung alot. Joshua, pemegang sabuk gelar juara WBA, IBF, dan IBO, menyodorkan satu syarat jika Wilder ingin satu ring dengannya, yakni harus tampil dalam partai tambahan pertarungan Joshua lebih dulu.
Alasan promotor Joshua, Eddie Hearn, nama Wilder belum terlalu dikenal di daratan Inggris. Untuk itu, perlu penjajakan lebih dulu. Caranya, ya, itu tadi, Wilder harus tampil dalam partai tambahan. Joshua dijadwalkan naik ring tahun depan melawan petinju Inggris, Dillian Whyte, yang kini berada di peringkat ketiga versi WBC.
"Di Amerika saja, Wilder hanya mampu mendatangkan 5.000 penonton. Sedangkan kami di sini mampu menghadirkan 70 ribu orang datang ke arena untuk menonton Joshua. Apakah masuk akal jika kami harus menuruti kemauan mereka?" kata Hearn.
Syarat yang diajukan Hearn tersebut jelas ditolak mentah-mentah oleh kubu Wilder. Promotor Wilder, Lou DiBella, merasa dilecehkan jika Wilder harus menjalani partai tambahan dalam pertarungan Joshua berikutnya. DiBella mengatakan Wilder adalah juara dunia dan mereka ingin langsung melawan Joshua tanpa partai pemanasan.
"Wilder tidak akan datang jauh-jauh ke Inggris hanya untuk melakukan pertarungan konyol yang tidak mendatangkan apa-apa. Wilder hanya akan bertarung melawan Joshua, bukan yang lain. Dia adalah seorang juara dunia dan tidak ada yang menyangkal itu," kata DiBella.
Sementara itu, manajer bisnis Wilder, Shelly Finkel, mengingatkan agar DiBella tidak langsung tergiur oleh tawaran untuk bertanding di Inggris melawan Joshua. Finkel mengedepankan hitung-hitungan untung-rugi yang harus menjadi pertimbangan utama.
Finkel berpengalaman menjadi manajer dan penasihat bisnis bagi petinju kenamaan, seperti Evander Holyfield, Mike Tyson, dan Manny Pacquiao. Dia menilai tawaran dari promotor Eddie Hearn agar Wilder mau bertanding melawan Joshua di Inggris sebagai sebuah jebakan.
"London atau kota mana pun di Inggris bukanlah tempat yang tepat untuk menggelar laga Wilder versus Joshua. Jumlah penonton yang banyak di stadion tidak lantas sejalan dengan jumlah uang yang masuk. Mendapatkan keuntungan finansial sebesar mungkin adalah pertimbangan utama untuk pertarungan kelas berat ini," ujar Finkel.
Finkel menambahkan, tempat paling tepat untuk menggelar pertarungan Wilder versus Joshua adalah di Las Vegas, Amerika Serikat. Sebab, di kota itulah keuntungan finansial terbesar dapat diperoleh dari sebuah pertarungan tinju dunia.
"Jika pertarungan bisa digelar di Las Vegas, itu baru pilihan paling tepat. Laga tinju di Las Vegas akan mendatangkan keuntungan finansial paling besar dibanding di belahan bumi mana pun," kata Finke.
Selama proses menuju laga Wilder dan Joshua, Hearn selalu menggadang-gadang Inggris sebagai tempat paling ideal. Dia mencontohkan dua pergelaran terakhir Joshua di Stadion Wembley, London, dan Stadion Principality Cardiff, yang dihadiri lebih dari 70 ribu orang.
Sedangkan Wilder menyatakan siap bertanding di mana pun. Petinju kelahiran Tuscaloosa, Alabama, Amerika Serikat, 32 tahun silam, ini pernah tampil di Puerto Riko, Meksiko, bahkan Inggris. Berbeda dengan Joshua yang selama karier profesionalnya hanya berkutat di Inggris Raya.
Laga unifikasi gelar tinju dunia kelas berat antara Wilder dan Joshua saat ini menjadi isu panas di belantika tinju dunia. Pertarungan mereka diyakini bakal kembali mengangkat pamor kelas berat yang lesu sejak surutnya era keemasan Mike Tyson.
BOXING SCENE | DAILY MAIL