TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah proyek ekspedisi pelayaran yang bertajuk Napak Tilas Magelhaens, direncanakan digelar selama dua tahun selama 2019-2021. Ekspedisi ini untuk memperingati perjalanan penjelajah asal Portugis, Fernando de Magelhaens, menuju Tidore, Maluku Utara pada 500 tahun lalu.
Indonesia akan menjadi tuan rumah ekspedisi Napak Tilas Magelhaens tersebut, yang diprakarsai Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) dan Pemerintah Kota Tidore. Ekspedisi ini nantinya akan berupa perjalanan dengan kapal layar ke 17 negara, yang dimulai dari Spanyol pada 20 September 2019 dan berakhir di Tidore pada 2021.
”Ekspedisi Magelhaens itu adalah pekerjaan yang luar biasa walaupun Magelhaens sendiri tidak pernah sampai Tidore karena terbunuh di Filipina. Tapi, ekspedisi ini dilanjutkan, De Elcano, hingga tiba di Tidore pada 2021,” ujar Ketua Umum KSBN Hendardji Soepandji usai penandatangan nota kesepahaman Napak Tilas Magelhaens dengan Walikota Tidore, Ali Ibrahim di Jakarta pada pekan lalu.
Napak Tilas Magalhaens disebut-sebut akan menjadi ekspedisi pelayaran terbesar di dunia yang pernah digelar, karena waktu perjalanan dan banyaknya negara yang harus dilewati mulai Brasil, Argentina, Kepulauan Mariana, Filipina, hingga Indonesia.
Ekepedisi pelayaran ini juga akan melalui dua samudera, Atlantik dan Pasifik. Indonesia sendiri akan menjadi tuan rumah selama 40 hari, 8 November-18 Desember 2021.
Pada acara di Tidore tersebut, akan digelar berbagai kegiatan. Mulai dari ferstival olahraga bahari dan darat, hingga berbagai kegiatan seni budaya.
Magalhaens adalah penjelajah asal Portugis yang mengabdi kepada Raja Spanyol, Charles I. Dia mengakomodasi keinginan Charles I untuk melakukan eksplorasi ke belahan dunia bagian barat, demi mencari sumber rempah-rempah.
Ekspedisi Magelhaens menjadi salah satu tonggak terpenting ekplorasi dunia selain pelayaran Christopher Colombus menemukan Amerika. Magelhaens berhasil membuktikan bahwa Asia bukanlah bagian dari Amerika.
DON