TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Formula 1 (F1) untuk tidak menggunakan grid girls, atau wanita pendamping di garis start yang kerap juga disebut gadis payung, mulai tahun 2018 ini nampaknya tidak langsung bisa diterima oleh semua pihak. Pasalnya, beberapa model dan agen penyalur merasa kehilangan salah satu dari mata pencaharian mereka karena kebijakan tersebut.
Vicky Valdazo, direktur manajer dari Grandes Traits, salah satu agensi model di Madrid, Spanyol yang telah menyalurkan grid girls untuk Formula 1 dan Moto GP sejak 1995 mengatakan bahwa keputusan untuk menghilangkan grid girls dari perlombaan jet darat tersebut adalah suatu keputusan yang bodoh.
"Ini bodoh. Kami disini membicarakan tentang profesi. Ini sama saja menarik para penambang dari tempat pertambangan," ujar Valdazo seperti dilansir Marca pada Jumat, 2 Februari 2018.
Valdazo mengaku, agennya kerap mempekerjakan tidak kurang dari 100 wanita untuk menjadi grid girls dengan gaji 300 euro, atau sekitar Rp 5 juta, untuk dapat bekerja selama delapan jam sehari di ajang balap Formula 1.
"Pekerjaan ini sama saja dengan pekerjaan lain. Kini mereka telah memangkas pekerjaan untuk kami," ujar Valdezo.
Salah satu argumen yang kerap diajukan untuk menghilangkan peran grid girls dari Formula 1 adalah karena busana para wanita 'pemanis' tersebut yang dianggap terlalu terbuka.
Untuk menanggapi argumen tersebut, Valdazo mempunyai jawaban sendiri. "Tentang busana adalah keputusan dari mereka (Formula 1). Dan jika mereka menginginkan kami untuk memakai busana yang jelek, kami akan menolaknya. Saya selalu meminta untuk melihat busana yang akan dipakai oleh para model saya, meskipun beberapa agensi lain tidak begitu," tuturnya.
"Beberapa orang mungkin berpikir bahwa busana mereka itu vulgar, tapi saya pikir tidak begitu," ujar Valdezo.
Senada dengan Valdezo, Charlotte Gash, wanita pekerja grid girls paruh waktu asal Inggris menyatakan bahwa keputusan F1 untuk tidak lagi menggunakan grid girls adalah suatu keputusan yang menurutnya menjijikan.
"Ini menyedihkan, atau lebih tepatnya menjijikan saat mengetahui bahwa F1 harus mengorbankan kaum minoritas untuk merasa benar secara politis," kata Gash seperti dilansir dari BBC.
Gash mengatakan, dirinya masih beruntung untuk tidak menjadikan grid girls sebagai mata pencaharian utamanya. Namun, dirinya menyayangkan atas nasib dari teman sejawatnya yang menjadikan grid girls sebagai pekerjaan utama mereka.
Gash menambahkan, tugas grid girls di arena balap F1 bukan hanya untuk menjadi pemanis. "Tugas saya adalah juga untuk berinteraksi dengan khalayak, dan kami di situ juga sebagai iklan bagi sponsor kami. Kami suka untuk melakukan hal tersebut. Kami tidak ingin pekerjaan kami direnggut begitu saja," ujarnya.
MARCA | BBC