TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kalah 1-4 dari Filipina dalam pertandingan Piala Davis Grup II Zona Asia/Oseania di lapangan tenis terbuka Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad, 4 Februari 2018. Hasil itu membuat Indonesia harus menjalani play-off melawan Srilanka untuk bertahan di Grup II.
Manajer tim Davis Indonesia, Didiek Edhie, melihat satu hal yang patut dicontoh dari lawan, yakni spesialisasi pemain. Filipina, kata dia, memang dikenal atas kebolehannya dalam nomor ganda. “Selanjutnya, kami akan membuat spesifikasi khusus untuk pemain tunggal atau ganda,” katanya seusai pertandingan hari ini.
Didiek mengatakan, dari hasil evaluasi pertandingan hari ini, ke depan Indonesia akan memfokuskan pemain pada sektor masing-masing. Dalam Piala Davis ini, David Agung Susanto harus bermain di dua nomor berbeda, yaitu tunggal dan ganda.
David sempat menang di partai pertamanya, tapi gagal dalam dua partai lain, termasuk saat berpasangan dengan Justin Barki. Didiek menilai pemain ini kehilangan ritme awal permainan setelah bermain ganda, yang dilanjutkan dengan pertandingan tunggal.
Didiek menilai Filipina telah memiliki pola permainan pada sektor ganda. Untuk sektor ini, kata Didiek, pemain Filipina telah memasang posisi bermain tidak lebih dari satu meter dengan jarak net. “Begitu service, partner mereka langsung ambil kesempatan mengembalikan dengan posisi dekat,” ujarnya.
Didiek menuturkan pemain Filipina memang lebih matang dalam hal persiapan untuk menghadapi Piala Davis ini. "Mereka telah bermain dengan pemain dari beberapa negara. Kami tak punya kesempatan untuk try out," ucapnya.