TEMPO.CO, Jakarta - Samantha Edithso, 10 tahun, merupakan salah satu talenta muda yang dimiliki Indonesia di cabang catur. Ia berhasil menjuarai menjuarai FIDE World Championship U-10 di Minsk, Belarusia, pada akhir Juni lalu.
Bakatnya sudah terlihat sejak belia. "Dia main dua bulan, lalu sudah bisa mengalahkan pelatihnya," kata orang tua Samantha, Larry Edith, kepada Tempo di Gedung Kemenpora, Senayan, Jakarta, 23 Juli 2018.
Lalu, bagaimana kalau dia diadu dengan grandmaster Indonesia yang kini juga Ketua DPR, Utut Adianto? Pertanyaan itu dilontarkan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi langsung pada Samantha. Menpora menyampaikannya dalam acara pemberian penghargaan pada Samantaha, Fauzan Noor dan para atlet wushu yang juga baru menorehkan prestasi internasional.
Samantha tersenyum lalu menjawab, "Kalau itu harus sungguh-sungguh mainnya."
harus sungguh-sungguh? Maklum pertanyaan itu dilontarkan di tengah cerita Samantha soal pengelamannya saat menjadi juara dunia di Belarusia. Ia menyebut gelar juara itu ia dapatkan diwarnai dengan "keajaiban". Dalam laga penentuan ia sudah hampir putusan harapan karena sudah salah langkah. Nyatanya, lawan juga membuat kesalahan sehingga ia akhirnya yang menjadi juara pada kategori catur cepat (rapid) itu.
Bekat gelar juara itu, Samantha mendapat bonus sebesar Rp 40 juta dari Kemenpora. Penyerahannya dilakukan Senin, bertepatan dengan hari anak nasional.
Samantha memang masih anak-anak. Tapi, prestasinya sudah mengharumkan Indonesia. Sebelum menjadi juara dunia, ia juara menjadi kampuin Asian Youth Champion U-10 2018 pada kategori catur cepat (rapid) dan catur kilat (blitz). Saat ini ia juga berada di posisi pertama untuk atlet catur perempuan dunia kelompok umur U-10 berdasarkan Elo Rating.
Di hadapan Menpora, Samantha mengungkapkan cita-citanya untuk menjadi atlet nasional catur dan bisa meraih gelar grandmaster.
Gadis kelahiran 2008 ini sudah berlatih catur sejak umur 6 tahun, tepatnya saat itu ia memilih ekstra kurikuler catur untuk mengisi kegiatan sekolahnya. Bakatnya juga ditemukan oleh PB Percasi atau Persatuan Catur Seluruh Indonesia pada Kejuaraan Nasional 2016. Saat itu dia bermain di kategori 17 tahun, tetapi berhasil menempati peringkat kedua.
Larry Edith mengatakan, langkah Samantha menekuni catur tak selalu mulus. Anaknya itu pernah ditangani seorang pelatih yang menyebutnya tidak punya bakat dalam bermain catur. Larry menyimpulkan dari pengalamannya agar orang tua jangan patah semangat jika mengalami hal yang sama.
Larry berharap agar anaknya bisa meraih gelar juara senior dan menjadi grandmaster. Ia tidak menargetkan pencapaian anaknya itu harus diraih pada usia berapa. "Saya tidak bisa bilang harus di usia berapa, tapi kalo mengacu pada yang termuda itu pada putra 12 tahun 7 bulan, putri kalau tidak salah 14 tahun 6 bulan."
Dalam waktu dekat Samantha diproyeksikan akan mengikuti tiga kompetisi penting, Easter Asian Youth, Olimpiadi Catur di Georgia, dan Kadet Klasik di Spanyol. Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Percasi, Kristianus Liem, menyebut target terdekat Samantha adalah menjuarai nomor klasik di Spanyol, Novemebr mendatang. "Karena catur klasik itu ukuran yang paling teratas," kata dia.
Pada turnamen itu Samantha Edithso masih akan bersaing di kategori U-10. Sedangkan di turnamen Shanghai Eastern Asian ia akan diterjunkan di U-12, sbagai proses pembinaan untuknya di jenjang yang lebih tinggi.
ERVIRDI RAHMAT