TEMPO.CO, Jakarta - I Komang Budagama dan I Made Budiasa adalah duet pelatih yang menemukan dan membina Lalu Muhammad Zohri di Pusat Pembinaan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Mataram sebelum mencapai prestasi juara dunia lari 100 meter U-20 di Tampere, Finlandia, beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah acara kepelatihan atletik di Yogyakarta pada Selasa, 24 Juli 2018, kedua pelatih tersebut berbagi pengalaman sebagai pelatih Zohri.
I Komang bercerita bahwa Zohri memang istimewa dibanding atlet lain karena memiliki disiplin, semangat, dan motivasi yang luar biasa.
Baca: Prestasi Lalu Muhammad Zohri dan Harapan Kebangkitan Atletik
"Waktu pertama kali saya temukan, larinya masih bengkok, badannya miring karena tidak punya teknik yang baik, tapi cepat," kata I Komang mengenang perkenalannya dengan Badok, panggilan Zohri, sekitar dua tahun lalu di Mataram.
Ketika itu, Zohri bahkan berlari di lintasan tanpa sepatu, sementara lawan-lawannya sudah menggunakan sepatu khusus atletik (spike). Meski demikian, Zohri mempunyai rasa percaya diri yang sangat tinggi, tidak pernah merasa minder saat berlaga dalam kompetisi tingkat apa pun.
Setelah masuk PPLP pada 2016 di Mataram, I Komang dan I Made mulai membenahi teknik berlari Zohri, terutama teknik start yang merupakan bagian paling penting dalam lari jarak pendek.
Baca: Begini Lalu Muhammad Zohri Digembleng di PPLP NTB
Even resmi pertama yang diikutinya setelah menjadi pelajar PPLP adalah Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Antar-PPLP 2016 di Jakarta, dan Zohri meraih medali perunggu dengan catatan waktu 10,88 detik.
Prestasi terbaiknya adalah 10,25 detik di semifinal Kejurnas Antar-PPLP 2017 di Papua. Namun di final ia hanya mencatat waktu 10,36 detik gara-gara start yang buruk meski tetap tampil sebagai juara.
Prestasi demi prestasi serta peningkatan yang telah diperlihatkannya membuat Zohri dipanggil ke Jakarta pada akhir 2017 untuk bergabung dengan pemusatan latihan nasional Asian Games 2018.
Baca: Ini Deretan Bonus dan Bantuan yang Didapat Lalu Muhammad Zohri
Lompatan besar yang membuat namanya melejit ibarat meteor adalah saat menjuarai kejuaraan dunia 100 meter U-20 di Tampere, Finlandia, beberapa waktu lalu dengan catatan waktu 10,18 detik.
Kepuasan I Komang dan I Made sebagai pelatih adalah saat anak asuhannya tersebut meraih gelar juara.
Meski Zohri menerima limpahan pujian, bonus berupa 1 kilogram emas, diterima langsung Presiden Joko Widodo di Istana, serta berbagai macam penghargaan lain, I Komang dan I Made tetaplah pelatih yang sederhana.
Mereka hanya berpesan agar segala limpahan materi yang diterima berkat prestasinya tidak membuat Lalu Muhammad Zohri berubah.