TEMPO.CO, Jakarta - Atlet balap sepeda putri Indonesia Ayustina Delia Priatna tak menyangka jika dirinya bisa lolos ke final nomor balapan track 3000m individual pursuit putri Asian Games 2018.
Ayustina, pada Kamis sore, 30 Agustus 2018, lolos ke babak final perebutan tempat ketiga setelah mampu menembus tiga besar klasemen di babak kualifikasi. Kala itu catatan waktunya tiga menit 43,387 detik atau jauh lebih lambat dibandingkan saingannya di heat 5 yaitu pebalap Korea Jumi Lee dengan tiga menit 33,048 detik.
Keluar sebagai terbaik ketiga klasemen kualifikasi, Ayustina kemudian maju ke babak final perebutan tempat ketiga melawan pembalap Taiwan Ting Ying Huang. Sayang, dalam lomba di Velodrome itu, ia gagal mengamankan medali perunggu bagi Indonesia.
Catatan waktu Ayustina di final, 3 menit 49,960 detik, dikalahkan oleh Huang yang melahap balapan sejauh 3.000 meter itu dengan waktu tiga menit 45,449 detik untuk merebut medali perunggu.
Catatan waktu Ayustina jauh lebih lambat dari apa yang dia tembus di babak kualifikasi. Ada yang salah? Kelelahan menjadi salah satu faktor penyebabnya, ungkap pembalap putri berusia 20 tahun itu. "Tidak tahu tadi kakinya berat banget, seperti mau keram... tadi aku finis sampai tidak bisa jalan," kata Ayustina.
Ayustina, yang dasarnya adalah pembalap road race, sebelumnya pada Rabu juga diturunkan di disiplin omnium putri, yang merupakan decathlonnya balap sepeda.
Balapan omnium terdiri atas empat disiplin itu, yaitu scratch race, tempo race, elimination race, dan point race yang harus diselesaikan dengan baik. Artinya pengumpulan poin per poin dari empat disiplin tersebut dikumpulkan untuk menentukan posisi pebalap di klasemen dan juara.
Skala poin yang diberikan di tiga balapan pertama masing-masing 40 untuk peringkat pertama, 38 untuk kedua, 36 untuk ketiga dan seterusnya.
"Bermain di banyak menguras tenaga pasti. Karena kemarin kan balapan dari pagi sampai malam," kata pembalap mungil dengan tinggi badan 155cm itu.
Ayustina mengakui belum lama turun di balapan track setelah hijrah dari road race. Ia yang dasarnya adalah pembalap endurance dan climber itu pertama kali turun di balapan track ketika SEA Games di Malaysia di disiplin keirin putri. "Kalau bicara spesialisasi, saya mau fokus di track saja karena sudah menemukan 'pace'-nya," ungkap Ayustina.
Asian Games 2018 menjadi salah satu ujian kemampuan Ayustina di sejumlah disiplin endurance balapan track. "Inginnya fokus di track endurance sepreti omnium, IP 3000 dan madison," kata dia.
Performa Ayustina di IP 3000m pun mendapat pujian dari sang pelatih, Nur Rochman, karena dia berhasil memecahkan rekornya sendiri. "Kalau dari tiga menit 50 detik ke tiga menit 43 detik itu spektakuler menurut saya," kata Nur Rohman.
Rochman pun mengakui jika salah satu isu yang dihadapi tim balap sepeda Indonesia adalah faktor keterbatasan jumlah atlet. "Jadi satu pembalap bisa turun di dua atau tiga nomor karena belum ada spesialisasi dan kita memang ada keterbatasan atlet juga," kata Nur.
Namun sang pelatih optimistis atlet balap sepeda track Indonesia bisa bermain di level dunia, namun dengan catatan. "Saya yakin kita bisa kuasai di sini dengan catatan kita harus banyak kompetisi, juga jangan putus-putus pembinaannya, harus berjenjang. Karena jujur, secara fisik mereka masih lemah dalam arti belum masuk ke 'benchmarknya' (tolak ukur)," kata Nur.