TEMPO.CO, Jakarta - Naomi Osaka telah mencetak sejarah sebagai petenis Jepang pertama yang menjuarai Grand Slam. Ia merebut gelar AS Terbuka setelah mengalahkan idolanya sejak kecil, Serena Williams, dengan poin 6-2, 6-4 pada final yang diwarnai kontroversi, Sabtu (Ahad WIB).
Baca: Naomi Osaka Minta Maaf karena Kalahkan Serena
Berhadapan dengan Serena Williams di final Grand Slam adalah mimpinya sejak kecil. Kini, impian itu akhirnya terwujud. Tak hanya melawan idolanya itu, ia bahkan menang dari petenis berusia 36 tahun itu.
Tetapi tidak ada kegembiraan yang meluap-luap kala trofi kemenangan dalam genggaman petenis berusia 20 tahun itu. Momen kemenangannya terganggu oleh kontroversi terkait pelanggaran Serena Williams di lapangan.
Pemain tenis Jepang, Naomi Osaka, mengangkat trofi turnamen AS Terbuka, di New York, AS, Sabtu, 8 September 2018. Kemenangan Naomi dalam turnamen ini merupakan sejarah baru. Kemenangan berbau kontroversial ini terjadi saat laga Naomi melawan pemain tenis AS, Serena Williams. AP Photo/Andres Kudacki.
Saat berdiri di podium untuk menerima piala dan hadiah senilai US$ 3,8 juta, Naomi hanya mendengar sorakan cemohan dari orang-orang yang marah kepada wasit asal Portugal Carlos Ramos yang berdiri di sampingnya.
Perempuan kelahiran Osaka, 16 Oktober 1997 itu pun langsung menarik topi visor-nya ke bawah matanya untuk menyembunyikan air matanya. Badannya terlihat terguncang karena menahan tangis.
Serena yang berdiri di sisi kirinya langsung merangkul Naomi dan memohon kepada fan-nya yang kecewa agar menahan diri. "Tolong jangan menyoraki lagi. Selamat Naomi! Jangan soraki lagi! Terima kasih kepada timku, kalian luar biasa."
Naomi lalu mengangkat piala dengan senyuman yang kecut, alih-alih raut penuh kegembiraan.
Siapa Naomi Osaka? Naomi baru berusia satu tahun ketika idolanya, Serena Williams memenangkan Grand Slam pertamanya pada tahun 1999. Naomi yang kini bertengger di peringkat 20 dunia menjadi pemain termuda yang berada di peringkat 20 besar.
Ekspresi pemain tenis Amerika Serikat, Serena Williams, saat melayangkan protes kepada wasit Carlos Ramos dalam laga final turnamen AS Terbuka, di New York, AS, Sabtu, 8 September 2018. Laga final antara Serena dan pemain tenis Jepang, Naomi Osaka, diwarnai aksi protes. Danielle Parhizkaran-USA TODAY SPORTS via REUTERS.
Dia dilahirkan di Osaka dari seorang ibu asal Jepang dan ayahnya dari Haiti. Naomi telah tinggal di Florida bersama keluarganya sejak dia berusia tiga tahun. Naomi tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk membawa namanya di arena Grand Slam sejak menjadi pemain profesional pada 2013 atau saat dia berusia 15 tahun.
Pada tahun 2017, Naomi membuat gebrakan di AS Terbuka dengan mengalahkan juara bertahan Angelique Kerber di babak pertama. Setelah pertandingan itu, Naomi melanjutkan kesuksesannya di Indian Wells, mengalahkan mantan petenis nomor satu dunia Maria Sharapova dan Karolina Pliskova serta unggulan teratas Simona Halep.
Dalam waktu kurang dari setahun, dia melesat dari nomor 68 ke 17 dunia. Dia juga terkenal karena kejenakaannya baik di dalam maupun di luar lapangan.
Dan dia telah menantikan untuk berhadapan dengan idolanya Serena Williams. Setelah memenangkan semifinal, Osaka mengatakan dia senang akan melawan Serena.
"Ketika saya masih kecil, saya selalu bermimpi saya akan berhadapan dengan Serena di final Grand Slam," katanya kepada BBC. "Pada saat yang sama aku merasa seperti meskipun aku harus menikmati momen ini, aku masih harus memikirkan ini seperti pertandingan lainnya."
Petenis Jepang Naomi Osaka. Reutes/Robert Deutsch-USA TODAY Sports
Dalam wawancara pasca pertandingan setelah kemenangan semifinal, dia mengatakan semua yang dia pikirkan ingin menghadapi "Serena".
"Mungkin pesan untuk Serena?" tanya pewawancara. "Aku mencintaimu," ujar Naomi.
Meskipun kariernya sedang gemilang, ia masih dianggap sebelah mata. Naomi, yang kebetulan dilatih oleh mantan rekan latihan Williams, masih dilihat oleh komentator sebagai "underdog " atau pemain yang tidak diperhitungkan.
Sebelum pertandingan, para ahli bertanya-tanya apakah Osaka bisa menangani tekanan final Grand Slam perdananya, terutama melawan Serena Williams, yang membidik rekor gelar tunggal Grand Slam ke-24 di hadapan ribuan penggemarnya. Perbedaan usia mereka yang jauh juga menjadi kesenjangan kedua antara mereka.
Tapi Naomi tetap tenang,. Dia mendominasi pertandingan dengan menghunjam lebih banyak pukulan ace dan menguasai lapangan lebih baik daripada Williams.
Momen yang 'direnggut' Banyak yang mengkritik upacara penyerahan tropi, mengatakan momen Osaka dibayangi oleh kontroversi pertandingan dan cemohan banyak orang.
Osaka menjadi emosional ketika mencoba menjelaskan kepada wartawan mengapa dia meminta maaf setelah pertandingan atas apa yang telah dia lakukan terhadap Serena Williams.
"Dia benar-benar ingin memiliki Grand Slam ke-24, kan? Semua orang tahu ini. Ada di iklan, di mana-mana," kata Osaka saat membicarakan tentang Serena. "Seperti, ketika saya melangkah ke lapangan, saya merasa seperti orang yang berbeda, bukan? Saya bukan sebagai penggemar Serena. Saya hanya pemain tenis yang melawan pemain tenis lain. Tapi kemudian ketika aku memeluknya di antara net ... Bagaimanapun, ketika aku memeluknya di net, aku merasa seperti anak kecil lagi."
Serena juga mengakui bahwa dia merasa buruk saat Naomi Osaka menangis. "Aku tidak tahu. Aku merasa pada satu titik buruk karena aku menangis dan dia menangis," katanya. "Kau tahu, dia baru saja menang. Aku tidak yakin apakah mereka menangis bahagia atau mereka hanya menangis sedih karena momen itu."
Serena Williams melanjutkan, "Saya merasa seperti, 'Wow, ini bukan bagaimana perasaan saya ketika saya memenangkan Grand Slam pertama saya. Saya seperti,' Wow, saya pasti tidak ingin dia merasa seperti itu '. Ya, mungkin ini sisi ibu dalam diriku yang seperti itu, 'Dengar, kita harus menarik diri bersama di sini'."