TEMPO.CO, Jakarta - Ada satu pertarungan tinju dunia yang sangat dinantikan penonton saat ini: Anthony Joshua vs Deontay Wilder. Duel perebutan gelar juara dunia kelas berat sejati itu diprediksi Daily Mail bernilai US$ 100 juta (Rp 1,5 triliun).
Sayangnya, pertandingan itu belum ada tanda-tanda akan terlaksana. Kubu Joshua, yang berasal Inggris, dan Wilder, juara dari Amerika Serikat, sudah berbulan-bulan bernegosiasi. Namun, titik temu soal pembayaran tak juga ditemukan.
Baca: Tinju Dunia: Joshua Pertahankan Gelar, KO Povetkin di Ronde 7
Wilder belakangan bersikukuh meminta pembagian bayaran 60:40. Hal itu ditanggapi dengan ejekan oleh kubu Joshua, yang menyebut permintaan itu sangat berlebihan mengingat sosoknya tak banyak dikenal masyarakat.
"Membosankan, sangat membosankan, kawan. Ini membuang-buang waktu," kata Eddie Hearn, promotor Joshua. "Ia tidak berharga segitu, Anda bisa bertanya di jalan raya manapun dan bertanya siapa Deontay Wilder, tak ada yang mengenalnya," kata dia.
Karena, negosiasi yang tak ada ujungnya, Wilder akhirnya memilih untuk bertanding melawan petinju lain. Ia akan mempertahankan gelar WBC miliknya dengan melawan Tyson Fury di Los Angeles pada 1 Desember.
Pemenang dari duel ini kemungkinan akan jadi lawan Wilder --pegang gelar WBA, IBF, dan WBO-- pada 2019. Bila Wilder menang, negosiasi yang panjang kemungkinan akan kembali terjadi.
Eddie Hearn menyatakan, performa Wilder soal menarik penonton akan jadi pegangan pihak Anthony Joshua dalam menentukan pembagian bayaran. “Saat ini pembagian yang adil adalah 65:35 untuk AJ. Tapi bila dia (Wilder) bisa menarik 1 juta penonton saat melawan Tyson Fury maka ia bisa mendapat 50:50. Bila (penontonnya) di bawah 300 ribu maka ia hanya akan mendapat 80:20.”
MIRROR | DAILY MAIL