TEMPO.CO, Jakarta - Pada 12 bulan lalu, Novak Djokovic yang akan tampil pada final Paris Masters malam ini, Minggu 4 November 2018, berada dalam titik terendah perjalanan kariernya.
Baca: Kunci Sukses Novak Djokovic: Sering Naik Gunung
Satu tahun lalu, karier Djokovic sebagai petenis putra diragukan diprediksi akan segera berakhir setelah posisinya sebagai pemain nomor satu dunia diambil alih Andy Murray pada akhir 2016.
Setelah digeses Murray, Djokovic mengalami kemerosotan penampilan di lapangan pada paruh pertama 2017, dan berpisah dengan pelatih Marian Vajda yang sudah bekerja sama sangat lama pada April. Petenis Serbia ini kemudian mengalami cedera bahu di Wimbledon 2017.
Ketika Djokovic sembuh dari cedera dan kembali bertandingan pada awal 2018, ia gagal mencapai babak perempat pada enam turnamen perdana yang diikutinya.
Djokovic kemudian bereuni lagi dengan Vajda pada April 2018. Beberapa bulan kemudian, ia berhasil menjuarai turnamen lapangan rumput Grand Slam Wimbledon untuk keempat kali. Untuk mencapai final, ia mengalahkan Rafael Nadal pada semifinal melalui pertarungan lima jam.
Djokovic selanjutnya menjuarai turnamen lapangan keras Cincinnati Masters di Amerika Serikat, Agustus 2018, dengan mengalahkan Roger Federer dua set langsung di final.
Hal itu membuat Djokovic yang bisa mengalahkan dua petenis putra terbaik dunia lannya, Rafael Nadal dan Roger Federer, di lapangan rumput dan lapangan keras. Adapun Nadal tetap lebih unggul dari Djokovic di lapangan tanah liat.
Dan, pada 9 September 2018, petenis Serbia berusia 31 tahun itu menegaskan kebangkitannya yang sensasional ini dengan memenangi Grand Slam Amerika Serikat Terbuka di lapangan keras Flushing Meadows, New York, untuk ketiga kali dengan mengalahkan Juan Martin del Potro, dalam dua set langsung.
Kemenangan di New York itu membawa Djokovic bersanding dengan Pete Sampras sebagai petenis putra urutan ketiga terbanyak yang memenagi Grand Slam pada era terbuka, yaitu 14 kali.
Sedangkan urutan kedua dipegang Rafael Nadal dari Spanyol dengan 17 kali dan maestro tenis dari Swiss, Roger Federer, di puncak peringkat dengan 20 trofi Grand Slam.
Sabtu 3 November 2018, Djokovic mengalahkan Roger Federer 7-6 (8-6), 5-7, 7-6 (7-3) pada semifinal Paris Masters.
“Itu adalah sebuah pertandingan spektakuler,” kata Djokovic yang akan berhadapan dengan Karen Kachanov pada final malam ini. Kachanov mengalahkan Dominic Thiem pada semifinal.
Tapi, yang lebih spektakuler adalah perjalanan kebangkitan Djokovic dalam lima bulan terakhir. Senin ini, 5 November 2018, petenis Serbia berusia 31 tahun ini akan kembali menjadi petenis putra nomor satu dunia untuk ketiga kalinya sejak 2011.
Apapun hasil pertandingan Djokovic menghadapi lawannya dari Rusia itu malam ini, petenis Serbia yang akrab dipanggil Djoker tersebut dipastikan menggantikan posisi Rafael Nadal di puncak peringkat dunia Asosiasi Tenis Putra (ATP) pada Senin ini.
Dibandingan dengan ketika menduduki puncak peringkat ATP pada 2011 dan 2015, periode ketiga Djokovic sebagai pemain nomor satu duniai mulai Senin 5 November 2018 ini diyakini akan membuatnya lebih mendominasi tenis dunia.
Baca: Del Potro Yakin Novak Djokovic Lewati Federer dan Nadal
Rafael Nadal yang sudah berusia 32 tahun dan Roger Federer, 37, diperkirakan akan sulit menghentikan laju Djokovic untuk mencetak rekor baru di Grand Slam.
BBC | TENNIS WORLD | THE ECONOMIST