TEMPO.CO, Jakarta - Kehadiran Sven-Goran Eriksson sebagai pelatih timnas sepak bola Filipina di Piala AFF 2018 mengundang pertanyaan soal motivasi pelatih kenamaan asal Swedia itu menangani tim tidak terkenal dari Asia Tenggara.
Sebelum menangani The Azkals, julukan timnas Filipina, Eriksson pernah melatih tim-tim kenamaan macam Sampdoria, Lazio, Manchester City, Leicester City, timnas Inggris, timnas Meksiko, hingga timnas Pantai Gading.
“Menangani tim sepak bola dari Asia Tenggara adalah pengalaman baru untuk saya. Selain itu, Filipina adalah tim yang pertama mengontak saya setelah selesai melatih di Liga Cina,” kata Eriksson di Hotel Sultan Jakarta, Minggu 25 November 2018.
Pelatih berusia 70 tahun yang terkesan pendiam itu pertama kali berkenalan dengan sepak bola Asia saat melatih klub Liga Super Cina, Guangzhou R&F pada musim 2013-2014.
Eriksson berada di daratan Cina selama 4 tahun. Setelah Guangzhou, dia menangani Shanghai SIPG (2014-2016) dan Shenzhen (2016-2017).
Perkenalan Eriksson dengan sepak bola Filipina terjadi akibat campur tangan mantan pelatih klub Liga 1 Mitra Kukar asal Inggris, Scott Cooper.
Cooper yang menjadi salah satu staf pelatih timnas Filipina sebelum Eriksson, Terry Butcher, mengontak Eriksson setelah Butcher mengundurkan diri pada Agustus 2018. Padahal seharusnya Butcher menangani Filipina untuk Piala AFC 2019.
Eriksson resmi menangani timnas Filipina mulai 27 Oktober 2018, dengan ikatan kontrak selama 6 bulan. Tidak disebutkan jumlah uang yang harus dibayarkan Federasi Sepak Bola Filipina (PFF) untuk Eriksson.
Pastinya hasil polesan Sven-Goran Eriksson langsung terasa, karena Phillip Younghusband dan kawan-kawan lolos ke semifinal Piala AFF untuk kali pertama dan belum pernah kalah dalam laga di grup B.