TEMPO.CO, Jakarta - Kisah Chuck Liddell adalah contoh nasib mantan bintang MMA di UFC, yang kaya di masa jaya namun sensara di hari tua.
Meski keuntungan finansial besar, promotor pertarungan bebas UFC ternyata tidak memberikan banyak perhatian kepada para petarung MMA mereka yang kemudian terjerumus ke dalam masalah keuangan.
Baca Juga:
Ocar de La Hoya, pemilik Golden Boy Promotion pada akhir November lalu menggelar pertarungan bela diri campuran pertama di Inglewood, California dengan partai utama mantan juara UFC Chuck Liddell lawan Tirto Ortiz. Itu adalah laga ketiga antara Liddlle vs Ortiz.
Pertarungan yang diharapkan berlangsung seru tersebut, ternyata berubah menjadi pertunjukan membosankan yang diperlihatkan dua mantan petarung yang sudah lama pensiun itu.
Ortiz, dalam usia 43 tahun memang melewati era masa jaya dan sudah tidak muda lagi untuk seorang petarung, tapi setidaknya ia masih lebih muda dibanding lawannya Liddell yang sudah berusia 49 tahun.
Liddell pernah mendominasi divisi kelas berat ringan UFC lebih dari satu dekade lalu, saat bertarung melawan Ortiz, sama sekali tidak terlihat sisa-sisa kejayaannya.
Ia tampil kaku, lamban dan dalam kondisi fisik yang sudah tidak layak untuk bertarung.
Akibatnya sudah bisa diduga, Liddell pun terkapar dihajar KO ronde 1. Sejauh ini, Liddell sudah mengalami empat kali kekalahan KO, yang berarti ia berisiko mengalami kerusakan otak.
Lalu mengapa seorang pria yang pada Desember 2019 nanti berusia setengah abad masih mau bertarung?
Alasannya, seperti yang diungkapkan Yahoo Sports, karena Liddell butuh uang.
Ketika pensiun pada 2010, Liddlle dijanjikan sebuah posisi seumur hidup oleh UFC sebagai seorang eksekutif. Tapi kesepakatan itu bubar sampai UFC dibeli konsorsium WME-IMG pada 2016, yang berarti Liddell tidak lagi memiliki penghasilan tetap.
Memang Liddell tidak secara gamblang mengakui bahwa masalah keuangan membuatnya kembali bertarung, dan sebelumnya menyatakan bahwa ia kembali dengan alasan "perjalanan personal".
Jika masalah uang dijadikan alasan utama, maka hal itu akan mencerminkan penderitaan para petarung yang harus bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah mengalami masa jaya di UFC.
Terdapat daftar panjang mantan petarung yang mengalami nasib sama dengan Liddell.
John Alessio misalnya, sempat menjadi supir taksi online Uber sebelum menjadi seorang perwira polisi di Las Vegas.
Petarung veteran Bubba McDaniel harus meminta pertolongan "Go Fund Me" untuk menutup biaya pemakaman untuk kematian bayi laki-lakinya.
TJ Grant asal Kanada, dari seorang petarung tangguh di UFC, harus bekerja di tambang kalium di Saskatchewan setelah menderita gegar otak yang mengakhiri karirnya.
Yang bernasib tidak beruntung bukan hanya mantan petarung, tapi juga mereka yang masih aktif.
Meskipun UFC dijual dengan harga lebih dari US$ 4 miliar pada 2016, terdapat fakta bahwa lusinan petarung harus berjuang keras agar tetap bisa bertahan hidup.
Petarung seperti Lauren Murphy, Nina Ansaroff, Zak Cummings, dan James Krause, terpaksa menggunakan kampanye penggalangan dana publik untuk menutupi biaya yang dikeluarkan selama kiprah MMA mereka di UFC.
Timothy Johnson, Sarah Moras dan Paul Felder telah membuka halaman Go Fund Me meskipun ada beberapa pertarungan yang mereka ikuti. Sementara Jessica Andrade baru-baru ini menjual perlengkapan UFC sendiri untuk menutupi pengeluarannya.
"UFC tidak memperhatikan petarung mereka. Mereka tidak mempunyai asuransi kesehatan yang sebenarnya, sementara disaat mereka bertarung, mereka tidak memiliki semacam rencana jaminan kesehatan yang baik," kata Leslie Smith, mantan petarung MMA di UFC dan pendiri Project Spearhead kepada theguardian.com.