TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen baru Persiba Balikpapan di bawah pengusaha Rahmad Masud bergerak cepat. Mereka dikabarkan telah bertemu dengan mantan pelatih Timnas Indonesia di Piala AFF 2018, Bima Sakti Tukiman, untuk menjajaki kontrak.
Pertemuan berlangsung Rabu, 12 Desember. Belum diektahui apakah Bima akan menjadi juru taktik Beruang Madu di Liga 2 musim 2019.
Bima yang pesepakbola kelahiran Balikpapan dan mulai bersinar dalam skuat Primavera tahun 1990-an itu belum mau memaparkan hasil pertemuannya dengan manajemen. "Nanti dikabari," katanya seraya tersenyum.
Bima memang bercita-cita untuk kembali ke Balikpapan dan melatih klub kampung halamannya itu. Ia pun memulainya dengan menjadi asisten pelatih dan masih merangkap sebagai pemain.
Pada musim 2016, Bima mendampingi pelatih asal Brasil Jaino Matos sebelum menjadi asisten pelatih Tim Nasional Indonesia dengan pelatih kepala asal Spanyol Luis Milla.
Meski demikian, dari sumber lain Persiba, disebutkan Bima juga menjadi kandidat asisten pelatih Alfredo Viera yang sukses di musim 2016 membawa Persebaya promosi ke Liga 1. Juga dinominasikan Peter Butler, pelatih asal Inggris dan sudah malang melintang di sepak bola Indonesia dan Malaysia, dan pernah sukses saat menukangi Persiba musim 2006-2008.
"Karena memang tekad saya dan kita semua mengembalikan Persiba ke Liga 1, ke level tertinggi sepakbola nasional," kata Rahmad Masud yang juga Wakil Wali Kota Balikpapan itu.
Rahmad Masud mengelola Persiba lewat perusahaan keluarganya, yang usaha utamanya dikenal warga Balikpapan bergerak di bidang perkapalan dan transportasi bahan bakar minyak dan gas. Sebagai langkah awal, ia menyiapkan dana sebesar Rp15 miliar untuk menggerakkan klub membeli pemain, merekrut pelatih, mengarungi kompetisi, dan manajemen baru.
Manajemen juga akan lebih memperhatikan hal-hal lain, seperti tiket masuk stadion, mengelola basis suporter, hingga pernak-pernik atau merchandise klub. Kami sih berharap tiket masuk bisa turun agar penonton bisa banyak, kata Rahim, suporter fanatik Persiba dari Kampung Timur.
Dengan tiket lebih murah daripada Rp 30 ribu seperti di Liga 2 lalu, tak sampai seperempat stadion terisi. Padahal, Stadion Batakan yang kini jadi markas Persiba berkapasitas hingga 40 ribu tempat duduk. "Biarpun tiketnya murah, tapi kalau banyak yang nonton kan beda suasananya, beda atmosfernya, dan pasti tetap untung panitia," kata Rahim.