TEMPO.CO, Jakarta - Petra Kvitova mengaku tidak menyangka dirinya bisa masuk final Australia Terbuka setelah menjadi korban serangan berdarah pada 2016. Dia akan bertemu dengan petenis Jepang, Naomi Osaka, untuk memperebutkan juara satu dalam pertandingan yang digelar di Melbourne Park, Sabtu 26 Januari 2019.
Prestasi ini untuk pertama kalinya diraih Kvitova di luar grand slam Wimbledon. Untuk mencapai final Autralia Terbuka ini, Kvitova secara mengejutkan mengalahkan Danielle Collins dengan kemenangan 7-6 (2), 6-0. Sedangkan juara Amerika Terbuka, Osaka, menumbangkan Karolina Pliskova 6-2, 4-6, 6-4.
Bagi Kvitova, mencapai final Australia Terbuka adalah prestasi luar biasa setelah dia menjadi korban penusukan di rumahnya pada 2016. "Insiden penusukan itu hampir menamatkan karirnya," tulis situs SportsMole.
Peristiwa serangan dengan belati itu mengakibatkan jari-jarinya luka parah sehingga dokter yang merawatnya sangat takut dia tidak bisa main tenis profesional. Selain itu, mentalnya sempat terguncang.
Perempuan berusia 28 tahun yang menjadi runner up di Wimbledon pada 2014 itu mengatakan kepada media, "Saya benar-benar masih belum yakin bahwa saya bisa masuk final di Australia Terbuka ini. Saya juga tidak tahu apakah saya masih bisa bermain tenis lagi setelah mendapatkan serangan."
"Saya membutuhkan waktu cukup lama untuk beradaptasi dengan orang-orang di sekitar saya, terutama pada laki-laki. Saya juga tidak memiliki kepercayaan diri bila sendirian di suatu tempat," ucapnya terkait dengan insiden serangan.
Mengenai masuk final di Australia Terbuka, dia mengaku sangat bahagia. "Saya pikir tidak banyak orang percaya bahwa saya bisa berdiri di lapangan dan bermain tenis lagi serta masuk ke level seperti ini. Hanya sedikit orang yang percaya."