Seperti apa praktik pengaturan skor itu? "Kami tidak pernah mengatur skor, hanya mencari menang kalah saja," kata Vigit.
Dia membantah praktek curang itu ia lakukan atas perintah bandar judi. "Saya tidak pernah punya bandar di Thailand atau di mana pun saya tidak pernah. Saya hanya memainkan uang saya sendiri untuk kepentingan klub saya sendiri yang saya bina."
Vigit berkilah hal tersebut terpaksa ia lakukan karena Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), selaku federasi yang mengelola kompetisi, tidak peduli dan tidak mau tahu soal pendaan klub, terutama klub-klub yang bermain di Liga 2.
"Seharusnya dia (PSSI) menyadari klub ini butuh dana karena tidak ada APBD. Intinya harus memberikan solusi tentang pendanaan. Kalau dana yg diberikan kecil mana mungkin klub itu bisa ikut kompetisi," kata mantan manajer Deltras tersebut.
Menurut dia, uang hasil pengaturan pertandingan yang ia lakukan nilainya tidak begitu besar. Hasilnya pun, kata dia, digunakan kembali untuk kepentingan klub, yani untuk membiaya kebutuhan klub.
Dia mengatakan salah satu cara mengatur pertandingan adalah dengan menyuap pengadil pertandingan. Itu dilakukan agar klub binaannya tidak dikerjain. "Jadi uang itu hanya untuk menjamin kita tidak dikerjai saja oleh orang itu," katanya.
Baca: Berapa banyak uang untuk pengaturan skor?