TEMPO.CO, Jakarta - Naomi Osaka menjadi petenis Asia pertama dalam sejarah yang menjadi pemain nomor satu dunia. Hal ini diraih Osaka setelah menjuarai tunggal putri Grand Slam Australia Terbuka di Melbourne Park, Sabtu 26 Januari 2019.
Pada pertandingan final di lapangan keras Stadion Rod Laver Arena, Osaka dari Jepang mengalahkan petenis Republik Cek, Petra Kvitova, 7-6 (7-2), 5-7, 6-4.
Pada usia 21 tahun, petenis Jepang keturunan Haiti dan besar di Amerika Serikat ini menjadi petenis termuda yang menduduki peringkat pertama dunia, setelah Carolina Wozniacki dari Denmark meraihnya di usia 20 tahun pada 2010.
Naomi Osaka juga menjadi petenis pertama sejak petenis Amerika Serikat, Jennifer Capriati, pada 2001 yang bisa memenangi turnamen seri Grand Slam secara beruntun.
Pada September 2018 di Amerika Serikat Terbuka, Osaka meraih gelar Grand Slam pertamanya dengan mengalahkan juara Grand Slam 23 kali, Serena Williams, dalam final dramatis di Flushing Meadows, New York.
“Saya sangat bersemangat untuk menjadi pemain nomor satu dunia yang baru,” kata Naomi Osaka. Dalam daftar peringkat dunia yang akan dikeluarkan Asosiasi Tenis Wanita (WTA) pada Senin, 28 Januari 2019, Osaka akan menggeser posisi petenis Rumania, Simona Halep, dari rangking pertama.
“Saya selalu bermimpi berada di posisi ini dan saya merasa terhormat untuk menjadi bagian dari kelompok pemain elit yang telah mencapai peringkat nomor satu,” kata Osaka. Ia berusia 21 tahun 104 ketika mengalahkan Petra Kvitova pada final Australian Open, Sabtu, 26 Januari 2019.
Setelah mencapai semifinal China Open, Oktober 2018, Naomi Osaka juga menjadi petenis putri Jepang kedua yang menembus lima besar dunia. Naomi Osaka menyusul jejak Kimiko Date yang menjadi pemain nomor empat dunia pada 1995.
Tapi, Naomi Osaka kini melangkah lebih jauh dari seniornya, Kimikoe Data, dan juga dari petenis putri Cina yang juga pernah memenangi Australian Open, Li Na, dengan menoreh sejarah baru di Asia, yaitu menjadi pemain nomor satu sejak komputerisasi peringkat WTA diperkenalkan pada 1975.
Semua ini adalah loncatan karier Naomi Osaka yang fantastis. Pada Januari 2018, ia masih berada di peringkat 72 WTA. Tapi, dengan rekor kemenangan 40-20 tahun lalu, ia dengan cepat menembus 10 besar dunia, meraih dua gelar. Hal ini termasuk dengan mengalahkan Serena Williams pada final Amerika Serikat Terbuka.
Kini dengan rekor 14 kemenangan beruntun dalam seri Grand Slam, kehebatan Naomi Osaka dengan pukulan forehand tangan kanan dan backhand dua tangan ini tak diragukan lagi. Pasalnya, pada final Amerika Serikat Terbuka tahun lalu, ada suara sumbang bahwa kemenangan Osaka “dibantu” dengan wasit Carlos Ramos yang dinilai beberapa keputusannya merugikan Serena William dan membuat petenis Amerika Serikat itu naik pitam terhadap wasit.
Berbeda dengan susana penyerahan trofi yang diwarnai suara sumbang kepada wasit pada final Amerika Terbuka tahun lalu, Sabtu malam itu penonton yang tadi terbelah antara pendukung Osaka dan suporter Kvitova, bersatu bertepuk tangan menyambut juara baru tunggal putri Australian Open ini setelah pertarungan dua jam 27 menit.
“Memenangkan turnamen Grand Slam secara beruntun adalah pencapaian yang langka dan istimewa. Dan, saya senang hasil ini telah mendorong Naomi ke puncak permainan tenis,” kata Chris Evert, pemain pertama yang menyandang peringkat nomor satu dunia WTA.
“Permainan tenisnya yang menarik, ditambah dengan martabat yang ia tampilkan di dalam dan luar lapangan, adalah kombinasi kemenangan yang benar-benar didambakan para penggemar tenis,” Chris Evert melanjutkan.
Pada Australian Open 2019, pukulan servis Naomi Osaka semakin dahsyat. Pada semifinal melawan petenis Cek, Karolina Pliskova, misalnya, servis Naomi Osaka ini berhasil menggoyahkan mental penakluk Serena Williams itu pada semifinal.
AUSTRALIAN OPEN | TIMESNOW.NEWSCOM