TEMPO.CO, Yogyakarta- Eks Manajer PSS Sleman, Sismantoro, menepis tudingan tersangka kasus pengaturan skor sepak bola, Vigit Waluyo, ihwal dugaan PSS Sleman turut terlibat dalam dugaan pengaturan skor selama menjalani musim kompetisi Liga 2 2018 silam.
“Kalau saya tidak pernah menjalankan, tidak pernah melakukan, apa yang disampaikan Vigit Waluyo, tidak pernah ya,” ujar Sismantoro, Kamis, 14 Februari 2019.
Pada 24 Januari 2019 lalu, Vigit sempat blak-blakan soal sepak terjangnya selama ini dalam dunia sepakbola pasca diperiksa Satuan Tugas Antimafia Sepak Bola di Mapolda Jawa Timur.
Saat itu Vigit menyatakan dirinya hanya terlibat pengaturan pertandingan (match setting) di Liga 2. Vigit pun menyebut klub-klub kasta kedua sepakbola Indonesia yang pernah meminta bantuannya. Antara lain PSMP Mojokerto Putra, PSS Sleman, dan Kalteng Putra.
Namun Sismantoro membantah semua pernyataan Vigit itu. Ia juga menuturkan tak tahu menahu siapa pihak yang berkomunikasi dengan Vigit soal masalah tim.
“Mungkin bisa ditanya juga ke mas Seto (Nurdiyantoro-pelatih PSS Sleman), apakah pernah ada perintah dari saya (selaku manajer PSS saat itu) untuk pengaturan skor, tidak ada, karena memang saya dan Seto tidak tahu menahu soal pengaturan skor itu,” ujarnya.
Sismantoro menuturkan, ia tidak tahu menahu soal pengaturan skor dalam pertandingan karena ia orang yang buta dengan sepakbola.
“Wong saya buta bola, makanya kemarin (saat diperiksa Satgas Anti Mafia) saya juga mengatakan tidak pernah memerintahkan, tidak pernah melakukan apapun (soal pengaturan skor),” ujarnya.
Sismantoro juga menyatakan mendukung penuh Satgas Anti Mafia Bola bekerja mengungkap kasus dugaan pengaturan skor itu sampai tuntas.
Sismantoro sendiri pada Rabu 13 Februari 2019 memenuhi panggilan Satgas Anti Mafia Bola Mabes Polri. Ia diperiksa sebagai saksi terkait dugaan penyuapan dalam pertandingan PSS Sleman melawan Madura FC.
Sismantoro menambahkan PSS Sleman berhasil menjadi juara Liga 2 musim kompetisi 2018 lalu semata karena memiliki materi pemain mumpuni.
“Saya melihat PSS jadi korban saja dalam kasus ini, ada pihak yang coba memanfaatkan tim yang bagus ini, wong PSS materi pemainnya di atas rata-rata, layak menjadi juara,” ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO