TEMPO.CO, Yogyakarta - Tim voli putra Bhayangka Samator akhirnya mempertahankan gelar juara Proliga 2019 setelah menekuk Jakarta BNI 46 dengan skor 3-1 dalam babak grand final di GOR Amongrogo Yogyakarta Minggu petang 24 Februari 2019.
Baca: Kunci Sukses Jakarta Popsivo Polwan Menjuarai Proliga 2019
Atas kemenangan di musim 2019 itu Bhayangkara Samator pun menjadi tim yang telah meraih tujuh kali gelar juara.
"Juara itu selalu yang di akhir, jangan pandang lagi kami kemarin di awal terseok seok, hari ini buktinya," ujar pelatih Bhayangkara Samator Ibarsjah Djanu Tjahjono usai laga.
Ibarsjah mengakui set pertama memang anak asuhnya sedang melakukan penjajakan kekuatan lawan sehingga sempat kalah. Namun Ibarsjah mengakui hasil set pertama itu lalu dimasukkan dalam alat aplikasi pengukur statistik yang dimiliki Surabaya Samator, untuk menentukan strategi babak kedua.
Baca: Saat Aprilia Manganang Jadi Bintang di Grand Final Proliga 2019
"Kami pakai alat penghitung statistik yang kami kembangkan untuk membaca gerakan lawan, dan akhirnya berhasil di set kedua sampai empat," ujarnya.
Ibarsjah tak mau mengungkap nama alat pengukur statistik pertandingan itu.
Sedangkan pelatih BNI 46 Samsul Jais menuturkan kekalahan yang dialami anak asuhnya terletak saat laga set ketiga.
"Set ketiga itu pemain kami mulai jelek service dan receive-nya, akhirnya blocking pun jadi buruk, terus kebobolan," ujarnya.
Baca: Proliga 2019: Tekuk Bank Sumsel, Putra Pertamina Amankan Posisi 3
Samsul menuturkan sebenarnya dari sisi teknis tak ada masalah bagi anak asuhnya. "Kuncinya tetap mental, itu yang membuat pertandingan bisa fokus, tapi kami bersyukur anak anak berjuang sampai akhir," ujarnya.
Dalam laga yang menguras emosi ribuan pendukung dua tim tersebut, Samator dan BNI 46 terus berjuang ketat memperpendek selisih angka hingga laga harus berjalan hingga empat set.
BNI 46 tampil mengejutkan saat membuka set pertama dengan memborbardir Rivan Nurmulki cs hingga sempar tertinggal lima angka. Anak asuh Samsul Jais pun menyelesaikan set pertama dengan manis dengan raihan 25-23. Skor 1-0 untuk BNI 46.
Sayangnya di babak kedua, pertahanan Sigit Ardian mulai melemah. Taktik spike tipuan yang dijalankan Samator berulang kali mengecoh BNI 46 dan membuar set kedua ganti dikuasai Samator dengan raihan 20-25. Skor berimbang 1-1 untuk kedua tim.
Pada set ketiga BNI 46 sempat kembali mengganas di awal melalui gebrakan pemain asingnya, Osmel Camejo yang meninggalkan Samator hingga selisih sampai empat angka. Namun lagi lagi kecohan spike ala Samator yang dimainkan Mahfud Nurcahyadi serta Rendy Tamamilang sukses menyusul perolehan angka. Ketatnya laga set ketiga terjadi hingga skor imbang 24-24. Namun diakhiri dengan cepat dengan kemenangan Samator menjadi 24-26. Skor menjadi 1-2 untuk Samator.
Memasuki set keempat situasi makin memanas. Saling bombardir antara dua tim sejak menit awal membuat kedudukan keduanya hanpir tak pernah terpaut sampai tiga angka. Namun di pertengahan, Samator mulai menunjukkan kelasnya sebagai juara bertahan.
Perlahan namun pasti, Rendy Tamamilang dkk mulai meninggalkan jauh. BNI sempat kehilangan daya hingga tertinggal 14-21. Akhirnya Sigit Ardian cs benar digilas anak asuh Ibarsjah Djanu Tjahjono di set keempat itu dengan raihan akhir 17-25. Skor final Proliga itu pun berakhir 1-3 untuk Bhayangkara Samator.
PRIBADI WICAKSONO
Baca: Piala Dunia Angkat Besi: Eko Yuli Irawan Raih 1 Emas, 2 Perak