TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membantah bila penyelenggaraan Asian Games 2018 menghambur-hamburkan dana. Sekretaris Kemenpora Gatot Dewa Broto mengatakan kehadiran Asian Games justru berpeluang mendatangkan keuntungan.
Salah satunya, ia mencontohkan, ialah dengan diperbaikinya berbagai arena dan fasilitas olahraga (venue). Gatot mengatakan dengan meningkatnya standar fasilitas olahraga yang dimiliki saat ini, Indonesia bisa menggelar berbagai kejuaraan atau turnamen minimal selevel Asia.
"Velodrome itu bisa jadi tempat bertanding sepeda internasional. Begitu juga GBK (Gelora Bung Karno)," kata Gatot di Gedung Kemenpora, Jumat, 1 Maret 2019.
Tak hanya itu, Gatot menjelaskan, saat Indonesia diputuskan menggantikan Vietnam sebagai tuan rumah Asian Games, Dewan Olimpiade Asia meminta agar tidak perlu membangun arena olahraga baru. "Bisa dilihat, mostly (kebanyakan) venue tidak dibangun baru. Itu berarti sudah penghematan," ucapnya.
Bila dibandingkan dengan Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, ia melanjutkan, dana yang dihabiskan Indonesia masih lebih rendah. Tercatat dana yang dihabiskan untuk penyelenggaraan Asian Games 2018 mencapai Rp 8,2 triliun yang dikelola oleh Kemenpora dan panitia Asian Games. Sedangkan Korea menghabiskan dana US$ 2 miliar atau sekitar Rp 20 triliun.
Sebelumnya, Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto sempat menyatakan keberatan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Sebab, menurut dia, ajang empat tahunan itu berpotensi membuat bengkak anggaran negara alias tidak sejalan dengan efisiensi anggaran. Namun, pada akhirnya ia senang karena cabang olahraga yang dipimpinnya, yakni pencak silat berhasil menyumbangkan medali emas.
ADITYA BUDIMAN