TEMPO.CO, Jakarta - Naomi Osaka berusaha mengatasi tekanan sebagai petenis putri nomor satu dunia. Petenis Jepang berdarah Haiti ini baru saja kalah secara mengejutkan pada babak ketiga Miami Open, Sabtu 23 Maret 2019.
Posisinya sebagai pemain nomor satu dunia, yang diraihnya sesuai menjuarai Grand Slam Australia Terbuka, Januari lalu, bakal segera berakhir bila Simona Halep atau Petra Kvitova menembus final Miami Open dalam pekan terakhir Maret 2019 ini.
“Saya ingin memenangi pertandingan yang saya mainkan,” kata Osaka setelah dikalahkan petenis Taiwan, Hsieh Su-Wei, di Miami Open, Sabtu lalu. “Saya merasa punya kewajiban mengatasi tekanan dari orang-orang yang menanyakan jika saya terbebani karena ada penyebutan nomor satu di nama saya,” kata Osaka.
“Saya pikir berpikir lebih banyak sekarang tentang memenangi pertandingan dibandingkan sebelumnya. Saya pikir sudah tampil cukup bagus hari ini, lepas dari kekalahan. Sejumlah pukulan reli yang lancar. Tentu saja, ada beberapa kali saya terburu-buru untuk memaksakan pukulan kemenangan,” Osaka melanjutkan.
Osaka menyamakan pertarungan mental yang ketat melawan Hsieh dengan kemenangan melawan semifinalis Amerika Serikat Terbuka 2009, Yanina Wickmayer, pada pertandingan sebelumnya.
Sudah menang 6-4 pada set pertama dan kemudian unggul 5-3, Osaka tak mampu mempertahankan dominasi sebelum menyerah melawan Hsieh 6-4, 6-7 (4-7), 3-6. Rekor kemenangan 63 kali beruntun dari Osaka berakhir.
Naomi Osaka menghadapi babak baru dalam kariernya setelah sekitar setahun lalu masih ada di peringkat ke-70 dunia. Ia kemudian beralih dari pelatih Sascha Bajin yang mengantarkannya memenangi dua Grand Slam beruntun, Amerika Serikat Terbuka 2018 dan Australia Terbuka 2019, kepada mitra latihan Venus Williams, yaitu Jermaine Jenkins.
Naomi Osaka sudah dua kali kalah secara beruntun di Indian Wells dan Miami Open. Tantangan berikutnya buat petenis berusia 21 tahun ini adalah pada Porsche Tennis Grand Prix di Stuttgart, April mendatang.
WTA TENNIS | TENNIS TONIC