TEMPO.CO, Jakarta - Juara Grand Slam dua kali, Petra Kvitova, masih belum bisa menggunakan dua jari pada tangan kirinya yang cedera setelah ditikam maling di rumahnya di Republik Cek tiga tahun lalu. Meski demikian, petenis kidal ini berpeluang menjadi pemain putri nomor satu dunia di Miami, Amerika Serikat, pekan ini, akhir Maret 2019.
Setelah sembuh dari cedera otot di tangan kirinya karena berusaha menahan pisau yang hendak ditancapkan ke tubuhnya pada 2016, Petra Kvitova kembali bertanding mengikuti tur turnamen Asosiasi Tenis Wanita (WTA) dan Grand Slam pada 2017.
Petra Kvitova tak cuma berhasil menjalani operasi penyembuhan dari cederanya –yang membuatnya terjerembab di rumahnya berlumurah darah-, tapi ia juga punya tekad kuat untuk memulihkan trauma mentalnya setelah diserang maling.
Secara bertahap, Petra Kvitova tampil makin percaya diri dalam pertandingan sejak awal 2017 ini. Ia kemudian kembali mencapai final Grand Slam untuk pertama kali setelah memenangi Wimbledon 2011 dan 2014 pada Australia Terbuka di Melbourne, Januari 2019. Pada final di Melbourne itu, ia dikalahkan petenis Jepang, Naomi Osaka.
Meski demikian, dalam proses upacara pemberian trofi juara dan runner-up di Melbourne Park, Januari lalu, Kvitova mengatakan rasa syukurnya bisa kembali tampil pada final Grand Slam setelah tragedi penusukan dan nyaris menewaskan dirinya itu. “Saya kini lebih menikmati hidup dengan bermain tenis ini,” katanya.
Petenis Republik Cek, Petra Kvitova, mengecup trofi usai mengalahkan Svetlana Kuznetsova dari Rusia dalam final turnamen tenis Madrid Terbuka di Madrid, Spanyol, 9 Mei 2015. Ia meraih kemenangan dengan hasil 6-1, 6-2 . AP/Paul White
Kini, Petra Kvitova sudah kembali ke peringkat kedua dunia dan bila berhasil mencapai final atau mengalahkan Simona Halep pada partai puncak Miami Open akhir pekan ini, petenis kidal ini akan menggantikan posisi Osaka sebagai petenis putri nomor satu dunia. Osaka sendiri sudah kalah pada babak keempat.
Buat Petra Kvitova, yang kini berusia 29 tahun, menjadi petenis nomor satu dunia merupakan sejarah baru buat perjalanan kariernya. Tapi, jadi atau tidak meraihnya di Miami, ia mengatakan perjalanan kariernya setelah tragedi penusukan itu sudah merupakan sebuah pencapaian besar.
“Saya beberapa kali hampir menjadi nomor satu dalam karierku dan tidak tercapai. Tapi, saya masih dini dan terus berjuang. Yang jelas, saya sudah mencapai hal-hal yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Saya sudah puas dengan semua yang telah dicapai,” katanya.
Petra Kvitova mengawali kiprah dalam tahun ini dengan memenangi Sydney Terbuka sebelum dikalahkan Osaka pada final Grand Slam Australia Terbuka di Melbourne, Januari lalu, dalam laga ketat tiga set.
Hebatnya, ia meraih sukses kebangkitan yang luar bisa itu dengan kesadaran bahwa kondisi tangan kirinya tak akan pulih seperti semula secara 100 persen.
“Itu tak akan pernah menjadi 100 persen. Pergerakan saya tidak bagus. Kedua jari (Ibu jari dan telunjuk) hilang juga. Saya sudah cukup mencoba untuk mengkompensasinya,” katanya.
“Tapi, sebenarnya saya tidak tahu bagaimana saya menggantinya. Saya hanya berusaha untuk tidak memberikan kompensasi sebanyak itu. Saya memiliki raket yang sama seperti sebelumnya. Saya tidak benar-benar mengubah apa pun. Saya sangat senang permainannku itu masih berfungsi, " kata Petra Kvitova.
TENNIS.COM | MIAMI OPEN