TEMPO.CO, Jakarta - Banyak kandidat muncul setelah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat membuka pendaftaran calon ketua umum untuk periode 2019-2023, yang akan dipilih pada Musyawarah Olahraga Nasional Juli 2019. Tempo akan berusaha mengedepankan sosok para calon secara bergantian, dimulai dari Muddai Madang.
Muddai Madang saat ini menjabat Wakil Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Ia mengaku sudah mendapat dukungan dari KONI provinsi dan induk organisasi olahraga (pengurus besar/pengurus pusat).
Mantan Ketua KONI Provinsi Sumatera Selatan itu menyatakan dorongan dari rekan-rekannya di KONI daerah dan induk organisasi olahraga jadi salah satu alasan berani mencalonkan diri. Selain itu, Muddai juga punya motivasi lain.
"Saya ingin punya atlet dan lembaga olahraga yang disegani. Olahraga salah satu indikasi ketangguhan atau kebesaran negara," kata Muddai kepada Tempo di Jakarta, Jumat, 14 Juni 2019.
Dia mengatakan Indonesia punya agenda besar ke depan. Salah satu yang terdekat ialah bersaing di pentas SEA Games 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020. Namun untuk masa kepemimpinan KONI 2019-2023, Muddai menilai keinginan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 jadi perhatian utama.
Sebab, kata dia, penentuan tuan rumah Olimpiade 2032 akan diputuskan pada 2024. Agar Indonesia bisa bersaing dari sisi atlet, Muddai menilai, persiapannya harus dilakukan secepatnya. "Untuk jangka panjang kami harus persiapkan atlet-atletnya," tutur Muddai.
Berkaca kepada Asian Games 2018, kata dia, Indonesia tidak hanya dituntut sukses dari sisi penyelenggaraan, tapi juga harus berhasil dari aspek prestasi atlet-atletnya. "Asian Games kan surprise. Ada prestasi atlet dan (keberhasilan jadi) tuan rumah," ucap pria kelahiran Baturaja, Sumatera Selatan itu.
Soal Dukungan
Muddai menyebut pengumpulan dukungan masih terus berjalan. Ia mengklaim ada 10 hingga 15 KONI provinsi dan 20 sampai 30 induk olahraga yang berada di belakangnya. "Mereka yang mengatakan iya (dukungan). Saya percaya itu artinya komitmen kuat," kata dia.
Saat Tempo temui di pusat perbelanjaan FX Sudirman, Jakarta, Muddai nampak tengah menyiapkan berkas dukungan. Namun ia enggan menyebutkan KONI provinsi dan induk organisasi apa saja yang sudah memberikan dukungan.
KONI melansir ada dua syarat utama (dalam hal dukungan) untuk maju sebagai calon Ketua Umum KONI Pusat. Pertama, mendapat dukungan anggota KONI dari dua unsur, yaitu KONI provinsi dan induk organisasi olahraga dan Badan Keolahragaan Fungsional.
Kedua, kandidat harus mendapat dukungan minimal 11 dari unsur KONI provinsi dan 20 induk organisasi atau jumlah dukungan minimal 31 dari KONI provinsi dan induk organisasi. Saat ini anggota KONI Pusat tercatat ada 33 KONI provinsi dan 63 induk organisasi olahraga.
Serasa Pulang Kampung
Muddai menyatakan dorongan bersaing di bursa pemilihan Ketua KONI Pusat tidak datang dengan sendiri dan direncanakan. Dua pekan sebelum pendaftaran, ucap dia, beberapa rekannya yang menjadi pengurus cabang olahraga meminta Muddai maju dalam pencalonan Ketua KONI. "Pertimbangan dari mereka macam-macam. Ada soal rekam jejak," kata dia.
Muddai memang bukan sosok anyar di dunia olahraga Indonesia. Pria berusia 59 tahun itu pernah duduk sebagai Ketua KONI Provinsi Sumatera Selatan selama dua periode (2007-2016). Ia juga pernah menjadi Wakil Ketua Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) dan Ketua Persatuan Golf Indonesia Provinsi Sumatera Selatan.
Keputusan maju menjadi kandidat ketua KONI Pusat dinilai Muddai sudah sesuai dengan pengalamannya. Ia menyatakan tidak merasa asing dengan KONI. "Saya akarnya KONI. Mencalonkan (jadi ketua) saya seperti kembali ke rumah, pulang kampung," kata Muddai Madang.
KONI dijadwalkan menggelar Musyawarah Olahraga Nasional pada Juli 2019. Pemilihan ketua umum baru menggantikan Tono Suratman yang sudah dua periode memimpin menjadi agenda utama. Pendaftaran calon ketua KONI Pusat pun sudah dibuka mulai 12-21 Juni 2019.
ADITYA BUDIMAN