TEMPO.CO, Jakarta - Sektor tunggal putri bulu tangkis Indonesia masih belum mampu menunjukkan prestasi. Bahkan tak satupun pemain nasional di sektor ini yang masuk peringkat 10 besar dunia.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti, mengakui hal itu. Ia masih berusaha menerapkan strategi untuk terus dongkrak peringkat dunia dan memastikan mereka meraih gelar juara.
Tugas utama untuk itu terletak di bahu Rionny Mainaky, yang baru mengemban tugas sebagai kepala pelatih baru di tunggal putri pelatnas. Ia saat ini masih melakukan adaptasi program latihan dengan para atlet.
"Memang masih adaptasi, mungkin sebelumnya programnya belum pas," kata Susy. "Misalnya dengan program lama, Fitriani bisa juara di turnamen super 300, ya mungkin bisa dikombinasikan programnya. Saat ini belum berjalan smooth, ada yang bagus, ada yang kurang. Yang bagus kita ambil, yang kurang, kita mix dan sesuaikan dengan program sebelumnya yang memang bisa masuk ke atletnya."
Susy menyatakan, dengan kondisi saat ini, para pemain senior harus bersiap disusul oleh pemain-pemain yang lebih muda.
Pelatnas utama tunggal putri saat ini diisi enam pemain, yakni Gregoria Mariska Tunjung, Fitriani, Ruselli Hartawan, Aurum Oktavia Winata, Choirunnisa, dan Bening Sri Rahayu. Sementara di pelatnas pratama ada tiga pemain yaitu Putri Kusuma Wardhani, Staphanie Widjaja dan Yasnita Enggira Setyawan.
Selain itu, ada tiga pemain muda yang berstatus pemain magang, mereka adalah Alifia Intan Nurrokhim, Aisha Galuh Maheswari, dan Aisyah Sativa Fatetani.
Menurut Susy, pemain-pemain muda berpeluang naik kelas. "Kalau bisa naik lebih cepat kenapa tidak? Siapa yang mau dulu deh, yang punya kemauan dulu. Kita lihat seperti Akane (Yamaguchi), yang penting tahan lama, kuat, kalau pemain putri nggak perlu buru-buru cepat matiin (lawan)," kata mantan pemain tunggal putri itu.
Bagi Susy, peluang untuk maju ada para pemain yang lebih muda. "Yang sudah tidak muda lagi, dimaksimalkan, permainan dan mindset-nya kan sudah terbentuk, untuk diubah itu kan butuh proses. Nah yang pemain-pemain muda ini hantam saja, kejar saja, kita kan ketinggalan jauh, larinya harus sprint, kalau jogging saja ya nggak keuber," kata dia.
Menurut dia, saat ini strategi itulah yang dilakukan. "Justru saya agak kencengin yang muda-muda. Kalau yang utama kan tinggal dimatangkan, yang muda mengejar, nah yang tengah-tengah ini, yang pelapis kalau tidak bisa, maaf-maaf saja, pemain mudanya ya lewati saja," kata Susy.
Pemain junior tak hanya disemangati Susy untuk melewati prestasi pemain pelapis yang setingkat di atas mereka, tapi bahkan pemain utama. Para pemain muda dinilai memiliki masa prestasi yang lebih panjang.
"Saya sering bilang sama KW (Putri Kusuma Wardhani), KW, kamu bisa? Jadi tunggal putri nomer satu Indonesia? Masuk, silahkan, cici akan kasih kesempatan, nggak ada nunggu-nunggu giliran. Kalau ada kesempatan dan bisa manfaatkan ya ambil saja," kata Susy.
Susy Susanti juga mengingatkan para pemain pelapis agar tidak terlena di zona nyaman. Jika pemain muda memiliki karakter yang kuat, fighting spirit dan kemauan, bukan tak mungkin mereka akan menggeser kedudukan pemain yang lebih senior.
BADMINTON INDONESIA