TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih sprinter nasional Eni Nuraini, mengatakan akan mengubah komposisi atlet yang berada di Pelatnas. Menurut Eni, Ketua Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), Bob Hasan menginginkan atlet Pelatnas didominasi atlet muda.
"Paling yang senior 30-40 persen, kebanyakan yang muda, memang keliatannya yang (atlet) muda juga sudah mendekati yang senior,” ujar pelatih terbaik Asia 2019 saat ditemui Tempo di Stadion Madya, Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin, 12 Juli 2019. Ia menyabet predikat pelatih terbaik Asia dari Asosiasi Atletik Asia (AAA).
Perempuan berusia 72 tahun ini mengatakan selama ini atlet senior lebih banyak jumlahnya dibandingkan atlet usia remaja. Tapi, dia melanjutkan, setelah Kejuaraan Nasional Atletik 2019 ini, susunan atlet Pelatnas akan dievaluasi. “Sekarang dibalik,” kata dia.
Kejurnas Atletik 2019 yang berlangsung di Stadion Pakansari, Bogor pada 1-7 Agustus lalu, menjadi salah satu ajang menyeleksi atlet muda untuk Pelatnas. Selain itu, proses seleksi juga dilakukan dengan cara pelatih rutin ke daerah-daerah.
"Pelatih dikirim ke daerah untuk menatar pelatih daerah, sekalian mereka juga cari bibit," kata mantan perenang nasional ini menjelaskan.
Eni menyebutkan penataran untuk pelatih daerah sangat diperlukan. Sebab, kekurangan dari pembinaan atlet di daerah adlaah pemahaman mengenai teknik. Biasanya menyangkut teknik berlari dan start block.
Karena itu, pelatih tingkat nasional melakukan penataran ke daerah. "Sekarang kita mulai mengirimkan pelatih ke daerah, supaya mulai dari sana (teknik) sudah benar, gitu,” kata dia.
Lebih lanjut Eni menuturkan, apabila atlet mendapatkan latihan dengan teknik salah, maka butuh waktu lama untuk memperbaiki tekniknya. Permasalahan teknik yang biasanya muncul adalah teknik ayunan tangan dan teknik angkat kaki. “Ada yang angkat (lutut) numpu terus buang ke belakang jauh, teknik itu yang harus diperbaiki,” tuturnya.
Persolan lainnya, menurut Eni, pelatihan fisik yang terlalu berat bagi atlet berusia remaja saat menjalani pembinaan di derah. Ia pun mencontohkan atlet yang masih duduk di bangku SMP dan SMA diberikan latihan dengan beban besi pemberat yang bisa sampai 100 kilogram. “Itu kan masa pertumbuhan, nggak boleh,” ucapnya.
Eni menjelaskan bahwa latihan fisik untuk atlet di Pelatnas masih taraf ringan dengan mengunakan berat badan sebagai metode latihan. Pertimbangannya, jika atlet muda diminta menjalani latihan, atlet akan rentan cedera.“Sudah harus benar (latihan fisik dari daerah) karena atlet dikasih beban itu, datang ke sini tahu-tahu cedera,” katanya.