TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi, angkat bicara ihwal kemenangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di Kejuaraan Dunia Badminton 2019. Ia puas dengan pencapaian anak asuhnya yang bisa membawa pulang gelar juara.
Meski demikian, Herry juga mulai waspada ihwal kekuatan ganda Jepang. "Di satu sisi saya puas karena dapat gelar juara. Maunya bisa lebih, tapi ini sudah cukup baik, cukup bagus," kata dia mengutip Antara, Selasa, 26 Agustus 2019.
Selain gelar juara dunia atau medali emas diraih Hendra/Ahsan, ganda putra juga merebut perunggu. Pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto mendapat perunggu setelah dikalahkan seniornya itu di semifinal.
Herry menilai mental bermain menjadi faktor yang membedakan antara Hendra - Ahsan dengan ganda Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi di final. "Pemain Jepang lebih muda. Secara fisik mereka lebih bagus, lebih cepat, lebih kuat. "Tapi karena mental mereka bagus, kelihatan Jepangnya yang goyah," sebut dia.
Ada satu catatan penting yang menjadi perhatian Herry saat ini, yakni Marcus Gideon/Kevin Sanjaya. Ia menyayangkan ganda nomor satu dunia itu harus tersingkir lebih cepat di Kejuaraan Dunia Badminton.
Tim pelatih, menurut dia, mendapat banyak pelajaran dari kekalahan Marcus/Kevin. "Ada hikmahnya Marcus/Kevin kalah. Saya lebih waspada memperhatikan pemain Jepang yang ngalahin mereka," ucap Herry IP.
Jepang mendominasi Kejuaraan Dunia Badminton 2019. Tim Negeri Sakura mengirim 8 pemainnya di final. Di ganda putri terjadi all Japan final. Lalu di tunggal putra Kento Momota masih kuat. Di tunggal putri dan ganda putra Jepang merebut perak.
ANTARA