TEMPO.CO, Jakarta - Diskusi yang digelar oleh Yayasan Lentera Anak mengungkap ada bahaya dalam promosi rokok dalam audisi badminton Djarum yang dilakukan oleh Djarum Foundation. Promosi rokok seperti itu berbahaya karena anak dapat menganggap zat adiktif dalam rokok tidak berbahaya.
Dalam diskusi itu, Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari, mengaku khawatir banyak anak-anak yang terpapar brand image rokok dalam audisi beasiswa badminton tersebut. Meski acaranya tidak melibatkan rokok, kata Lisda, anak-anak menjadi akrab dengan merek rokok.
“Semua anak menganggap ini hanya badminton, tapi ketika dilihatkan gambar Djarum-nya dia tahu itu rokok,” ujar Lisda di lokasi diskusi, Hotel Ibis, Jalan Wahid Hasyim, Senin, 2 September 2019.
Tahun 2019 audisi beasiswa Djarum kembali digelar. Tahun ini audisi diadakan di lima kota, Bandung, Purwokerto, Karanganyar, Surabaya, dan Kudus.
Sebelumnya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah memanggil Djarum Foundation selaku penyelenggara dan menegur mereka, namun audisi tetap berjalan.
Yayasan Lentera Indonesia menyebut, pada audisi tersebut intensi promosi terlihat jelas. Pasalnya, para peserta, anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, diwajibkan mengenakan kaus dengan tulisan Djarum, di lokasi audisi pun, dipenuhi dengan logo Djarum.
Ia menyebut hal tersebut sudah masuk dalam ranah eksploitasi. “Eksploitasi karena pemanfaatan tubuh anak untuk promosi,” kata dia.
Dokter Darmawan Budi Setianto dari Ikatan Dokter Anak Indonesia mengatakan, meski tak melibatkan rokok, audisi tersebut menanamkan citra rokok pada anak.
Senada dengan dokter Darmawan, Kepala Jurusan Komunikasi Universitas Indonesia Nina Mutmainah Armando mengungkapkan pendapatnya. Menurut dia, dengan penggunaan logo sponsor dari Djarum Foundation, sama dengan penanaman brand image bagi calon konsumen di masa depan. “Ini penanaman image yang dari awal dijejalkan kepada anak,” tutur Nina, di lokasi.
FIKRI ARIGI