TEMPO.CO, Jakarta - Atlet loncat galah Rusia Anzhelika Sidorova mengatakan kemenangannya di Kejuaraan Dunia Atletik 2019, Minggu, tidak dibayangi oleh skandal seputar Federasi Atletik Rusia (RUSAF) maupun larangan pengibaran bendera negaranya.
Atlet berusia 28 tahun itu meraih gelar juara dunia setelah mencatatkan loncatan setinggi 4,95 meter. Meskipun menang, ia mengatakan merasa sedikit tidak nyaman melihat peraih medali perak dan perunggu merayakan kemenangan dengan pengibaran bendera negara asalnya.
"Semua itu membuat saya tidak nyaman, tetapi saya sangat senang. Saya tidak memikirkannya ... Emas tetap lah emas,” kata Sidorova seperti dikutip Reuters.
Pada perlombaan final itu, Sidorova mengaku sempat tidak percaya diri melihat catatan terakhir yang diraih Morris. Namun Sidorova menegaskan bahwa dirinya dapat melampaui atlet AS itu untuk mengklaim gelar juara dunia melalui loncatan terakhirnya.
"Saya pikir ini adalah peluang yang perlu diambil. Jika tidak, saya harus melompat lagi dan saya tidak benar-benar memiliki kekuatan pada saat itu."
Medali perak diraih oleh atlet Amerika Serikat Sandi Morris dengan loncatan 4,90m, sementara medali perunggu diraih oleh atlet Yunani dan juara Olimpiade Rio 2016 Ekaterini Stefanidi yang mencatatkan loncatan 4,85m.
Sebelumnya, RUSAF mendapat skorsing pada November 2015 setelah laporan Badan Anti-Doping Dunia (WADA) membuktikan adanya doping yang meluas dalam olahraga.
Atas temuannya itu beberapa atlet Rusia tanpa catatan doping, termasuk peloncat tinggi Maria Lasitskene yang juga menjadi juara dan Sidorova diizinkan untuk mengikuti kompetisi internasional sebagai atlet netral.
Dengan demikian, apabila atlet Rusia memenangkan emas di Kejuaraan Dunia Atletik 2019, mereka dilarang mengibarkan bendera dan mengibarkan lagu kebangsaan Rusia. Para atlet netral itu akan menyanyikan lagu federasi IAAF.