TEMPO.CO, Jakarta - Tim esport asal Indonesia, Dranix Esport, akan berlaga di Free Fire World Series (FFWS) 2019 di Rio de Janeiro, Brasil pada 16-27 November mendatang. Tim yang kini tampil di turnamen kelas dunia ini ternyata belum genap setahun terbentuk.
"Dranix Esport berdiri tanggal 1 Januari 2019, jadi sekarang umurnya masih 10 bulan," ujar General Manager Dranix Esports Angeline Vivian kepada Tempo melalui pesan pendek, Jumat, 18 Oktober 2019. "Dranix sendiri filosofinya diambil dari dua kata yaitu Dragon and Phoenix."
Dranix Esport menyabet tiket ke FFWS 2019 di Brasil setelah menjuarai Grand Final Free Fire Indonesia Masters (FFIM) 2019 di Tennis Indoor Stadium, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad lalu. Tim tersebut kokoh di puncak klasemen dengan perolehan 1.760 poin.
Dranix Esport mengungguli RRQ Poseidon yang menjadi runner up dengan 1.750 poin. Di bawahnya, Onic Olympus di peringkat ketiga dengan 1.435 poin.
Capain yang diraih Dranix Esport ini sesuai dengan tujuan tersembunyi di balik arti nama tim. "Kita melihat Dragon (naga) sebagai lambang dominasi, dan Phoenix (burung phoenix) sebagai lambang untuk hal yang selalu dikenang. Jadi Dranix ingin membuat sebuah tim yang memang mendominasi scene Esports, dan dikenang sepanjang masa," kata Angeline.
Dranix Esports diperkuat oleh empat pemain profesional, yakni Bentar (DRNX-Delta), Abi Faisal (DRNX-Bion), Muhammad Razaq (DRNX-DeviL), dan Bayu Nugroho (DRNX-Bay). Di Brasil, mereka bakal bersaing dengan 12 tim dari 11 negara yang terpilih melalui babak kualifikasi.
Tim asuhan Angeline ini dijadwalkan berangkat pada 10 atau 11 November 2019. Mereka sengaja berangkat lebih awal agar para pemain mempunyai waktu cukup untuk beradaptasi dengan lingkungan di sana. Saat ini Dranix Esport sedang mempersiapkan keperluan administrasi.
“Persiapannya lagi banyak banget, minggu ini masih fokus untuk mengurus visa. Tapi mulai minggu depan Dranix pasti aktif lagi dalam latihan maupun scrim,” tutur Angela.
Mengenai program latihan, menurut Angeline, kurang lebih sama seperti latihan biasanya. Yang membedakan, kata dia, sekarang mulai waspada dan juga mempelajari cara main tim-tim lain yang mungkin maju ke turnamen itu.
"Kami sendiri belum tahu, karena untuk kualifikasi negaranya belum selesai. Tapi kami selalu liat semua lawan kami itu sama, sama kuat, jadi enggak akan ada satu negara yang kami bilang kuat banget," ujar Angeline.