TEMPO.CO, Jakarta - Kiprah serta kejayaan Deontay Wilder dan Mike Tyson di ring tinju dunia kelas berat terpisah dua dekade lebih. Tapi kedua petinju Amerika ini seperti terikat benang merah: Wilder kini disebut-sebut sebagai petinju kelas berat dengan pukulan terkeras setelah Tyson.
Tyson, 53 tahun, adalah mantan juara sejati kelas berat. Ia juga merupakan petinju termuda yang pernah menjadi juara kelas berat. Selama berkiprah pada 1985 hingga 2005 petinju berjulukan "Si Leher Beton" ini memiliki rekor 50-6-0 (44 KO) dan 2 no contest.
Wilder, 34 tahun, memiliki rekor 41-0-1 (41 KO). Kemenangan terakhirnya diraih pekan lalu, saat dia meng-KO Luis Ortiz, asal Kuba, dalam duel perebutan juara WBC di Las Vegas.
Wilder mengklaim mendapat pujian dari Mike Tyson dalam duel itu. Tapi, ia mengharapkan pujian Sang Legenda itu disampaikan secara terbuka di hadapan publik.
Tyson, menurut Wilder, menyaksikan di pinggir ring MGM Grand di Las Vegas saat dia memukul KO Ortiz. Dari orang-orang yang duduk dekat Tyson, ia tahu mantan raja kelas berat itu memujinya.
"Beberapa orang saya duduk di samping Mike. Mereka berkata Mike memberi saya beberapa pujian, yang saya harapkan bisa dia akan sampaikan di depan umum," kata Wilder.
Ia pun mendengar bagaimana saat itu Tyson memujinya. "Orang-orang saya mengatakan bahwa Mike mengatakan 'ketika saya membuat orang KO, saya harus menggunakan kombinasi, tetapi Wilder.. orang itu dapat memukul'."
Wilder sempat kalah poin di tiap ronde saat melawan Ortiz. Namun sebuah pukulan stright tangan kanan yang telak kemudian membuatnya bisa menang KO pada ronde ketujuh.
Bagi Wilder, kemenangan itu, juga pujian Tyson, menjadi bukti nyata. "Saya adalah pemukul paling keras dalam sejarah. Titik," kata dia.
Deontay Wilder sudah ditunggu jadwal berikutnya. Ia akan melakukan rematch melawan Tyson Fury, asal Inggris, pada 22 Februari 2019. Keduanya sempat bertemu pada Desember 2018 dan berakhir dengan seri.
BOXING NEWS | BOXING SCENE