TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot Sulistiantoro Dewa Broto, mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan Pengurus Besar Persatuan Senam Seluruh Indonesia (PB Persani) perihal dugaan pencoretan atlet dari kontingen SEA Games 2019 karena alasan keperawanan.
Gatot mengaku telah menghubungi Ketua Umum PB Persani Terpilih periode 2019-2023, Ita Yuliati Irawan. "Katanya tidak betul ada pemulangan paksa oleh pelatih Persani, yang benar kata Pak Indra (pelatihnya di Jawa Timur) bahwa atlet tersebut indisiplin dan kurang fokus dan berdampak prestasi menurun," kata Gatot melalui siaran pers, Jumat, 29 November 2019.
Gatot mengatakan tindakan indisipliner dari atlet itulah yang membuatnya dicoret dari kontingen Merah Putih di SEA Games 2019. Menurut dia, penggantinya adalah atlet dengan peringkat yang lebih tinggi. "Jadi tidak ada hubungannya dengan masalah mohon maaf cek keperawanan," kata dia.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2017, Gatot menyebutkan hak promosi dan degradasi atlet memang ada di federasi cabang olahraga. Kewenangan itu tidak berada Kemenpora atau KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia).
"Tetapi jika benar bahwa pemulangan atlet itu karena dugaan masalah keperawanan yang dikatakan pelatihnya, kami akan tindak tegas karena ini selain masalah privasi dan kehormatan seseorang juga itu tidak ada hubungannya dengan prestasi," kata dia.
Kemenpora, kata Gatot, mengingatkan kepada seluruh cabang olahraga untuk tidak menimbulkan kehebohan sekecil apa pun karena itu akan berdampak luas pada konsentrasi kontingen Indonesia secara keseluruhan. Lebih baik berkonsultasi langsung dengan pimpinan induk cabang olahraga ataupun KONI. Jika tidak dapat terselesaikan bisa langsung ke Kemenpora untuk mekanisme penyelesaian permasalahan bisa menjadi solutif. "Agar isu-isu sensitif seperti itu bisa segera dimitigasi secepatnya," kata dia.
IRSYAN HASYIM