TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) periode 2019-2023, Yenny Wahid, mengatakan mempunyai beberapa program kerja untuk meningkatkan prestasi atlet panjat tebing. Putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini ingin memperbanyak jumlah juri dan pembuat jalur panjat tebing yang memiliki lisensi internasional. "Sudah dimulai sertifikasi ini tapi belum terstruktrur dan belum masif," kata Yenny dalam wawancara bersama Tempo di Kawasan Rasuna Said, Jakarta, Senin, 23 Desember 2019.
Selain itu, Yenny juga mempunyai program andalan yakni jaminan hari tua bagi atlet yang memasuki masa pensiun. Menurut dia, seluruh federasi olahraga harus memikirkan dan mewadahi kebutuhan hidup atlet pada hari tuanya. "Jaminan pensiun atlet itu salah satu program saya ke depan," kata dia.
Berikut ini kutipan wawancara bersama Yenny Wahid perihal program kerjanya:
Bagaimana awalnya Anda mau menjadi Ketua Umum FPTI?
Ada teman-teman panjat tebing yang menawarkan. Mereka masih sering komunikasi dengan suami saya (Dhohir Farisi). Salah satunya komunikasi dengan Mas Faisol Reza (Ketua Umum FPTI Periode 2015-2019). Mungkin mereka berpikir apa yang saya miliki, jaringan saya dan sebagainya bisa digunakan untuk membantu menguatkan cabang olahraga panjat tebing.
Karena dasarnya saya memang sudah suka. Saya pikir ya deh karena saya pikir ini bisa jadi cabang olahraga yang bisa menambah kebanggaan sebagai sebuah bangsa. Prestasinya juga jelas dengan sumber daya yang saya miliki bisa lebih menguatkan lagi cabang olahraga ini.
Apakah yang menjadi potensi panjat tebing yang bisa berkontribusi bagi Indonesia?
Panjat tebing dilihat sebagai the next big thing dalam dunia travel olahraga. Jadi Indonesia punya banyak kekuatan dalam hal panjat tebing alam. Ini bisa menjadi sumber devisa negara juga kalau kita bisa mendatang turis ke sini. Mereka yang memang suka dengan olahraga panjat tebing dan kemudian kagum dengan keindahan alam Indonesia.
Tentu ini semua bisa kita gabungkan sebagai sport tourism. Lalu bisa juga untuk lobi di internasional juga. Kebetulan potensi sport tourism ini besar sekali untuk menambah jumlah wisatawan mancanegara datang ke Indonesia.
Apa program yang sudah Anda siapkan untuk pembinaan atlet?
Dengan jaringan yang saya miliki tentunya bisa membantu meningkatkan kapasitas dari pembinaan atlet. Lalu pelatihnya juga, jurinya juga, pembuat jalur tentu kita harus tingkatkan kapasitasnya. Kalau bisa mereka punya lisensi internasional.
Kalau sudah berkiprah di internasional ini akan bisa membantu Indonesia juga. Mereka yang akan menentukan jalurnya seperti apa. Atlet kita akan lebih terbiasa untuk latihan dengan jalur yang sudah disertifikasi secara internasional.
Ada target menambah juri dan sertifikasi pembuat jalur setiap tahunnya?
Saya belum mempunyai gambaran kuantitas. Tapi kita harus bisa menambah jumlah dan kualitas. Sertifikasi itu mutlak. Sudah dimulai sertifikasi ini tapi belum terstruktur dan belum masif. Jadi ini program utama yakni sertifikasi. Kemudian peningkatan kualitas juri dan pembuat jalur ke taraf internasional. Pelatih dan sebagainya itu menjadi salah satu program andalan kita.
Lalu saya juga akan melibatkan sport science. Ilmuwan yang memang mempelajari secara detail soal sports, tentu didalamnya juga ada psikolog. Tujuannya bisa meningkatkan prestasi atlet kita. Namanya olahraga itu bukan hanya kemampuan fisik tapi paling besar pada titik tertentu, yakni kekuatan mentalnya. Ini juga harus dibangun. Saya ingin melibatkan psikolog juga dalam melakukan pembinaan untuk para atlet.
Ke depan juga akan mengembangkan aspek menyenangkan dari panjat tebing, yakni olahraga masyarakatnya untuk bisa lebih tergarap. Di situ kami bisa mencetak bibit baru. Kalau mau menelurkan atlet yang baik harus dimulai dari waktu kecil. Ketika dia masih kecil ototnya bisa dibentuk dan kita bisa mendapatkan hasilnya 10-15 tahun kemudian. Dia sudah bisa jadi atlet profesional.
Apakah akan menjalin kerja sama untuk pembinaan?
Saya ingin menjalin kerja sama dengan TNI dan polisi. Kalau atlet sudah pensiun, mereka bisa kerja dan ditampung. Ini juga bisa di perusahaan swasta, bisa ditampung. Terutama di institusi ini (TNI/Polri). Apalagi sudah ada kemampuan fisik. Bisa masuk melalui jalur khusus. Jadi ada pembinaan pra atlet, artinya kami mencari bibit unggul. Pembinaan ketika menjadi atlet agar lebih berprestasi. Lalu post atlet juga dipikirkan agar atlet tidak keleleran. Atlet bisa terpikirkan setelah menyumbangkan banyak prestasi untuk Indonesia.
Apakah mempunyai program untuk jaminan pensiun atlet?
Saya lihat ini atlet kita sebetulnya banyak berprestasi bahkan hadiahnya miliaran. Cuma mereka tidak tahu bagaimana menginvestasikan uang sehingga tidak habis, bahkan bisa berkembang lagi. Saya akan membantu mereka. Kami carikan manajer keuangan, mereka bisa bebas memilih. Intinya kami penghubung dengan atlet jadi ketika waktu tuanya bisa punya jaminan.
Saya juga ingin ada jaminan hari tua atlet. Problem utama Indonesia adalah tidak punya sistem jaminan pensiun secara umum. Orang yang kerja di sektor swasta, kalau dia kerja di perusahaan yang memberikan jaminan sosial dan jaminan pensiun itu ada, tapi itu di sektor formal. Kalau kita ini 70 persen ekonominya masih informal. Artinya mereka tidak dijamin oleh jaminan pensiun. Ini harus dipikirkan. Saya mau memulainya dari atlet dulu. Bagaimana atlet kalau sudah pensiun, ada dana sudah siap dan bisa mereka pakai untuk hidup. Jaminan pensiun atlet itu salah satu program saya ke depan.
IRSYAN HASYIM