TEMPO.CO, Jakarta - Petinju profesional biasanya menghabiskan masa remajanya bermain di amatir belajar fisik dan teknik. Tapi tidak dengan Xander Zayas, yang menandatangani kontrak dengan Top Rank saat masih berumur 16 tahun. Ia pun memecahkan rekor sebagai petinju termuda yang ditangani promotor tinju pro terkenal itu.
Hari Sabtu, 11 Januari 2020, ia akan naik ring melawan Corey Champion di Atlantic City, yang disiarkan oleh ESPN.
Bagi petinju muda asal Puerto Rico itu, ini adalah pertarungan di atas ring profesional yang ketiga. Total ia hanya memerlukan 3 menit 12 detik untu menang di dua pertandingan pertamanya.
Petinju yang disebut-sebut bakal menjadi Canelo Alvarez atau Floyd Mayweather berikutnya ini, siang harinya dihabiskan untuk berlatih dan sore harinya di belakang komputer untuk menyelesaikan sekolah menengahnya.
Xander Zayas bukan hanya seorang bocah berbakat, dia punya kepribadian, ketenangan dan karisma sebagai bekal utama maju. Awal kariernya di pro dilakukan dengan penuh perhitungan.
Dia sebenarnya bisa masuk tim Olimpiade 2020, tetapi perubahan peraturan yang mengharuskan atlet untuk ikut kualifikasi berumur 19 tahun, membuat dia tak masuk tim Pelatnas.
Sementara jika menunggu Olimpiade 2024, dia akan terlalu tua kala akan beralih ke pro nantinya. Manajernya, Peter Kahn, berpikir ada terlalu banyak risiko dalam menunggu.
"Kita bisa mengatakan, 'OK, mari bersabar dan tunggu 2024 dan bersiaplah untuk itu,' tapi izinkan saya mengajukan pertanyaan kepada Anda: Apakah Anda yakin akan ada tinju di Olimpiade pada 2024?" kata Kahn.
Zayas sudah mencatat 136 pertandingan amatir dan Kahn tidak yakin apa manfaatnya dengan menambahkan beberapa ratus lagi.
Semua orang yang melihatnya, mulai dari pelatih Javiel Centeno hingga Kahn dan pencetak Hall of Fame, Bruce Trampler, percaya dia tidak hanya siap secara fisik untuk pertandingan profesional tetapi juga siap secara mental dan emosional.
Trampler adalah pencari bakat yang melahirkan Oscar De La Hoya dan Floyd Mayweather. Trampler bukan termasuk orang yang suka memuji atlet muda, tapi dia sepakat dengan Kahn tentang Zayas.
"Saya sangat menyukai peluangnya," kata Trampler. "Dia bisa menjadi sangat baik."
Saat ini, Zayas bertanding di kelas welter, tetapi Kahn memperkirakan ia akan naik ke kelas menegah saat fisiknya makin matang di usia 20 atau 21.
Zayas ingin membentuk kariernya mengikuti idolanya, mantan juara dunia Miguel Cotto. Cotto adalah salah satu petinju besar dalam sejarah modern dan akan segera diabadikan di International Boxing Hall of Fame, tetapi Zayas memiliki kharisma yang tidak dimiliki Cotto.
"Dia anak kecil yang ingin tahu semua," kata presiden Top Rank Todd duBoef. “Dia berada di persimpangan antara kemampuan, pemasaran, dan peluang. Anda dapat menyamakannya dengan bisnis start up. Kami menyukai apa yang kami lihat, kami mencintai potensi, kami pikir ada potensi yang sangat besar baginya, tetapi ada risiko yang terkait. Lihat, dia berusia 17 tahun. Banyak orang dalam olahraga lain telah mencoba untuk memproyeksikan bagaimana seorang anak berusia 17 tahun akan berada pada usia 21, 25 dan itu tidak tepat. Sangat sulit dilakukan karena ada banyak variabel."
Zayas saat belajar secara home schooling. Ia lancar berbicara bahasa Inggris hanya dalam enam bulan, ketika ia pindah ke Florida untuk mengejar karir tinju.
Dia berlatih dari jam 8 pagi sampai siang, lalu pulang dan mengerjakan tugas sekolahnya. Ada beberapa penutur bahasa Spanyol di sekitarnya sehingga ia beradaptasi dengan cepat.
"Ketika saya pertama kali datang ke Amerika Serikat, saya tidak berbicara bahasa Inggris dan itu terjadi cukup cepat bagi saya," katanya. “Saya percaya sebagian dari itu adalah karena saya tidak punya tempat untuk berbicara bahasa Spanyol kecuali di rumah saya. Di gym, semua orang berbicara bahasa Inggris. Di sekolah, itu bahasa Inggris. Saya tidak punya pilihan dan itu adalah cara yang baik bagi saya untuk belajar bahasa,” katanya.
Mitra latihan Zayas memiliki bobot yang jauh lebih berat daripada calon lawannya. Dia telah berlatih tanding melawan mantan juara dunia kelas welter junior IBF Ivan Baranchyk, peraih medali emas Olimpiade Daniyar Yeleussinov (9-0, 5 KO sebagai pro), mantan penantang gelar Amir Imam dan George Kambosos Jr yang tidak terkalahkan.
"Saya ingin menunjukkan sedikit lebih banyak tentang apa yang bisa saya lakukan di dalam ring," kata Zayas. "Tapi aku merasa bahwa dalam dua pertarungan terakhir ada kesempatan untuk memenangkan pertarungan dengan cepat dan aku mengambil keuntungan darinya. Tapi ya, aku ingin menunjukkan sedikit lebih banyak keahlianku di atas ring."
Zayas memiliki fisik petarung klasik, yakni kerangka panjang, ramping dan berotot serta memiliki jam terbang panjang di amatir.
ESPN | YAHOO.SPORT | TOP RANK