TEMPO.CO, Jakarta - Tyson Fury membuktikan diri sebagai petinju yang memiliki pukulan keras. Pukulan itu membantunya merebut gelar juara dunia kelas berat WBC dengan kemenangan TKO atas Deontay Wilder di Las Vegas, Ahad, 23 Februari 2020.
Petinju asal Inggris itu menjatuhkan lawannya pada ronde ketiga dan kelima. Anggota tim Sang Lawan kemudian memilih lempar handuk pada ronde ketujuh.
Kemenangan ini jadi pembuktian. Pada pertemuan pertama, 1 Desember 2018, Fury yang dua kali jatuh tapi mampu bangkit dan memastikan hasil seri.
Ia selama ini juga diejek karena pukulannya dianggap tak memiliki daya bunuh. Sebelum duel kedua itu, Wilder bahkan menyebut tinju Fury sebagai bantal.
Tapi, pada ronde ketiga, ia merasakan kerasnya pukulan "bantal" itu. Ia terjatuh dan telinga kanannya pun berdarah.
Lihatlah kejadian tersebut, seperti dicuitkan Domenick Nati (@KingOfContacts) lewat akun twitter-nya:
Seusai duel, Tyson Fury secara khusus membahas pukulannya. "Deontay Wilder mengatakan bahwa saya memiliki dua tinju bantal. Tapi, Anda lihat, tak buruk untuk pukulan orang tua gendut kan? Saya adalah bulu tua yang bisa memecahkan telur," kata dia.
Kini, Fury masih menanti lawan berikutnya. Ada dua peluang besar untuknya di ring tinju dunia: melakukan tanding ulang dengan Wilder atau melakukan unifikasi gelar melawan Anthony Joshua.
TALK SPORT