TEMPO Interaktif, Jakarta: Jeda kompetisi klub agar pemain bisa bertugas untuk tim nasional membuat klub-klub besar Spanyol kepayahan. Media negeri itu, seperti dilaporkan kantor berita DPA, bahkan memiliki sebutan untuk jeda ini yakni "virus FIFA".
Organisasi sepakbola internasional FIFA memang mengharuskan klub mengizinkan pemainnya bertugas untuk tim nasional selama beberapa pekan setahun. Selama dua pekan ini, jeda itu berlangsung dan baru mulai akhir pekan lalu, La Liga dan liga-liga Eropa lain diputar kembali.Virus FIFA ini sangat akut di Spanyol karena sekitar separuh para pemain berasal dari luar negeri dan sebagian adalah langganan tim nasional negara masing-masing.
Pelatih Real Madrid, Bernd Schuster, misalnya, menuding jeda kompetisi ini sebagai biang kerok beratnya pertandingan melawan Numancia. "Pertandingan setelah jeda laga Internasional selalu paling sulit," katanya seusai menang 4-3, Minggu (14/9).
Lawannya bisa menikmati latihan dua pekan penuh sebelum bertanding melawan Madrid. Sedang Madrid, dari puluhan pemain yang dimiliki, hanya sembilan pemain yang ikut berlatih selama dua pekan ini. Sisanya, semua bermain untuk tim nasional masing-maising.
Madrid tidak sendirian. Barcelona hanya bisa mengumpulkan 10 pemain selama jeda kompetisi selama dua pekan. Dari 10 pemain itupun, sebagian besar adalah pemain-pemain muda dari akademi mereka. .
Sialnya, ketika pulang ke klub, para pemain itu tidak dalam kondisi segar. Mereka baru saja melakukan pertandingan berat. Setidaknya 19 pemain La Liga tidak bisa diturunkan karena cedera atau kelelahan akibat pertandingan penyisihan Piala Dunia.
Barcelona dan Atletico Madrid lebih gawat lagi situasinya. Pertandingan untuk kedua tim itu dimajukan sehari menjadi Sabtu (13/9) agar mereka memiliki waktu istirahat tiga hari sebelum bertarung di Liga Champion.
Terpaksa pelatih Barcelona, Pep Guardiola tidak memasang dua pemain bertahan Rafa Marquez dan Martin Caceres saat ditahan tamunya, Racing Santander, pada Sabtu lalu itu.
Marquez terbang dari Meksiko pada Jumat malam sedang Caceres--seperti para pemain Uruguay lain--tidak bisa meninggalkan negaranya karena ada kabut tebal sehingga pesawat tidak bisa tinggal landas.
Bintang Barcelona, Lionel Messi, bisa datang pada Kamis pagi. Tapi ia kelelahan karena memainkan dua pertandingan untuk Argentina. Dalam pertandingan menghadapi Santander, ia baru diturunkan pada menit ke-58.
"Ini situasi yang sangat menjengkelkan," ungkap komentator stasiun televisi lokal.
Atletico Madrid juga bernasib silang. Mereka tidak bisa memasang penyerang Diego Forlan saat berkunjung ke Valladolid karena Forlan adalah orang Uruguay yang wilayahnya tertutup kabut.
Pemain Atletico lain, Sergio Aguero, kelelahan karena ia, seperti Messi, mengalami jet lag dan baru saja menyelesaikan dua pertandingan. Dalam pertandingan Sabtu itu, ia baru diturunkan pada menit ke-47.
Nasib Atletico bertambah buruk karena John Heitinga, Giourkas Seitaridis, Tomas Ujfalusi, dan Luis Perea--meski bisa segera sampai Barcelona--tapi mereka mengalami cedera.
"Benar-benar kemunduran," kata pelatih Atletico, Javier Aguirre, pada Jumat (12/9) pagi. "Seitaridis datang Kamis malam tapi tidak bisa berlatih. Perea datang pukul tujuh pagi, tanpa tidur. Ia tampak seperti berjalan sambil tidur di lapangan latihan."
Sehari kemudian, saat dijamu Valladolid, Atletico dihajar 2-1.
Sedang Getafe mesti menerima nasib bahwa dua pemain asal Argentina mereka, Oscar Ustari dan kiper Roberto Abbondanzieri, cedera saat bermain untuk tim nasional.
Untung saja lawannya pada Minggu (14/9), Real Betis, juga mengalami masalah sama. Dua pemainnya, Mehmet Aurelio dan Mark Gonzalez, tidak bisa bermain beberapa pekan karena virus FIFA ini.
Tidak heran, Getafe dan Betis bermain seri.
Nurkhoiri