TEMPO.CO, Jakarta - Lionel Messi akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Barcelona, Selasa, 25 Agustus 2020. Lewat pengacaranya, bintang Argentina itu memberi tahu klub bahwa dia ingin pergi dan akan memanfaatkan klausul dalam kontraknya yang memungkinkannya hengkang dengan status bebas transfer usai musim 2019-20.
Meski tidak terlalu mengejutkan karena beberapa bulan terakhir ia mulai uring-uringan dan tidak nyaman dengan suasana di Barca, kepergian Lionel Messi tetap merupakan kehilangan besar bagi pendukung Barcelona.
Hal ini karena Leo, demikian ia biasa disapa, seperti sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari Barcelona. Ia sudah berada di klub Katalonia ini sejak umur 14 tahun pada 2001 ketika masuk akademi muda Barcelona, La Masia.
Lionel Andres Messi, demikian nama lengkapnya, lahir pada 24 Juni 1987 di Rosario, Argentina. Ia anak ketiga dari empat bersaudara keluarga Jorge Messi, warga kelas menengah Argentina yang bekerja sebagai manajer pabrik baja, dan istrinya Celia Cuccittini, yang bekerja di bengkel pembuatan magnet.
Ia memiliki darah Italia dan Spanyol dari ayahnya, sedangkan ibunya keturunan Italia. Leo kecil terbiasa bermain epak bola dengan kakaknya Rodrigo dan Matías, serta sepupunya, Maximiliano dan Emanuel Biancucchi, keduanya menjadi pemain sepak bola profesional.
Pada usia empat tahun ia bergabung dengan klub lokal Grandoli dan dilatih langsung ayahnya. Ia kemudian pindah ke klub Newell's Rosario saat berumur 6 tahun.
Bakat besarnya terlihat dengan mencetak 500 gol selama enam tahun di sana. Sebuah pukulan besar terjadi ketika ia didiagnosis kekurangan hormon pertumbuhan pada usia 10 tahun.
Karena asuransi kesehatan ayahnya hanya menanggung perawatan hormon pertumbuhan selama dua tahun, yang menelan biaya setidaknya $ 1.000 per bulan, Newell's setuju untuk berkontribusi, tetapi kemudian mengingkari janji mereka.
Dia dibina oleh klub Buenos Aires River Plate, yang playmakernya, Pablo Aimar, dia idolakan. Tetapi mereka juga tidak dapat membayar perawatannya karena keruntuhan ekonomi Argentina saat itu.
Kerabat Messi di Katalonia kemudian berusaha mengatur uji coba dengan Barcelona pada September 2000. Melihat penampilannya, Direktur Barca Charly Rexach segera ingin mengontraknya.
Keluarga Messi ikut boyongan ke Barcelona, namun konflik kontrak dengan Newell's membuat dia tidak bisa diturunkan bertanding. Setelah setahun di akademi muda Barcelona, La Masia, Messi akhirnya terdaftar di Federasi Sepak Bola Kerajaan Spanyol (RFEF) pada Februari 2002.
Setelah menyelesaikan perawatan hormon pertumbuhannya pada usia 14, ia menjadi bagian dari "Baby Dream Team", tim muda terbesar Barcelona. Selama musim penuh pertamanya (2002-03), ia adalah pencetak gol terbanyak dengan 36 gol dalam 30 pertandingan untuk Cadetes A, yang memenangkan treble liga yang belum pernah terjadi sebelumnya dan piala Spanyol dan Catalan.
Tawaran berdatangan untuk pindah, termasuk dari Arsenal. Namun ia tetap setia di Barcelona dan menjadi bintang selama bertahun-tahun.